Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
LENGI, Hironimus Emilianus
Subject
BR Christianity
Datestamp
2021-10-04 23:13:08
Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mendeskripsikan dan menjelaskan apa itu ritus Nggua Keu uwi, (2) menjelaskan Nilai-nilai dan
makna-makna apa saja yang terdapat di dalam ritus Nggua Keu Uwi, dan (3) menjelaskan
persamaan dan perbedaan makna ritus Nggua Keu Uwi dengan Ekaristi sebagai perayaan syukur.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian
lapangan berupa wawancara terstruktur dengan masyarakat dan tokoh adat masyarakat
Wolomuku.
Berdasarkan hasil penelitian, bagi masyarakat Wolomuku, ritus Nggua Keu Uwi
dilaksanakan untuk mencapai dua tujuan. Pertama, ritus Nggua Keu Uwi dilaksanakan sebagai
acara syukuran atas hasil panen dan untuk mempersembahkan kurban kepada Wujud Tertinggi,
yakni Du’a Ngga’e, dan kepada para leluhur, berupa seluruh hasil panen sekaligus meminta
berkat untuk aktivitas tanam-menanam di musim yang baru. Kedua, untuk memberi petunjuk
mengenai angka kelahiran dalam setahun. Beberapa makna-makna yang terdapat di balik
pelaksanaan ritus Nggua Keu Uwi yakni, Sebagai Ucapan Syukur kepada Wujud Tertinggi,
Sebagai Kesempatan untuk Memohon Berkat, Sebagai Momen Persatuan, Sebagai Momen
Menyelesaikan Silang Sengketa, Sebagai Penghormatan terhadap Alam, Sebagai Pelestarian
Kebijaksanaan Warisan Leluhur.
Ritus Nggua Keu Uwi mencapai puncak pada ritus Pu Maru, di mana para Mosalaki
duduk mempersembahkan kurban berupa keu dan uwi (pinang dan ubi) kepada para leluhur
dengan keadaan diam; tanpa mengeluarkan suara ataupun bergerak. Pada ritus ini, ada seorang
perempuan yang dipilih secara adat dan juga turunan mosalaki, dengan mengenakan pakaian adat
lengkap, duduk diam sambil berdoa dalam hati kepada Wujud Tertinggi. Dalam ritus ini, doa
syukur dan harapan dilambungkan ke hadirat Wujud Tertinggi atau Tuhan. Syukur untuk segala
berkat yang diperoleh selama setahun khususnya hasil panen berladang, beternak dan kesehatan
yang diperoleh seluruh masyarakat dalam kampung tersebut.
Ritus Nggua Keu Uwi masyarakat Wolomuku memiliki beberapa kesamaan dengan
perayaan Ekaristi dalam Gereja Katolik. Beberapa kesamaan upacara Nggua Keu Uwi dan
perayaan Ekaristi adalah sebagai berikut: Pertama, pada kedua perayaan tersebut terdapat
struktur yang sama yakni diawali dengan “liturgi Sabda†selanjutnya diikuti liturgi “korbanâ€.
Kedua, memiliki intensi atau muatan isi yang sama yakni sebagai perayaan syukur atas
penyelenggaraan dan kebaikan Allah yang telah dan senantiasa memberkati serta menyelamatkan
hidup mereka. Ketiga, keduanya merupakan perjamuan pemersatu atau perjamuan bersama yang
bertujuan meneguhkan persatuan sebagai satu komunitas umat beriman. Keempat, kedua
perayaan ini memiliki simbol-simbol yang memuat ungkapan syukur dari umat yang merayakan
syukur tersebut. Simbol-simbol yang digunakan pada kedua perayaan ini memang berbeda
namun keduanya memiliki makna religiositas yang mengarah pada Wujud Tertinggi yang sama
yaitu Allah. Kelima, Kedua perayaan ini terjadi di dalam komunitas yang memiliki keyakinan
yang sama. Oleh karena itu, kedua perayaan ini selalu dirayakan bersama-sama. Keenam, kedua
perayaan ini memiliki beberapa unsur syukur yang sama misalnya, doa dan perjamuan (komuni).
Selanjutnya kedua perayaan tersebut memiliki beberapa perbedaan yang mencirikan
kekhasan masing-masing tradisi. Pertama, perbedaan pada simbol yang digunakan dalam
perayaan tersebut. Tradisi Gereja Kristen menggunakan simbol anak domba. Dalam perayaan
Ekaristi, Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya untuk
keselamatan umat manusia. Sedangkan dalam ritus Nggua Keu Uwi, masyarakat Wolomuku
menggunakan uwi sebagai simbol utama. Kedua simbol tersebut (Anak Domba dan uwi)
memiliki makna yang sama yakni sebagai korban syukur dalam perayaan tersebut. Akan tetapi
tidak berarti kedua simbol tersebut dapat dipertukarkan karena keduanya lahir dari konteks
budaya dan sejarah yang berbeda. Kedua, perbedaan pada pemimpin dan korban. Pada perayaan
Ekaristi, Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk menebus dosa umat
manusia. Yesus adalah korban satu-satunya dalam perayaan tersebut. Sehingga dalam perayaan
Ekaristi, Yesus Kristus adalah pemimpin sekaligus yang dikorbankan. Dalam ritus Nggua Keu
Uwi, pemimpin perayaan dan korban untuk perayaan tersebut berbeda. Mosalaki (kepala adat)
berperan sebagai pemimpin sedangkan yang dikorbankan adalah uwi. Artinya, mosalaki tidak
berperan sebagai pemimpin sekaligus korban.
Relevansi dari penelitian ini adalah Meningkatkan Kesadaran Umat Beriman akan Hidup
Ekaristis, Menguatkan Nilai-Nilai Ritus Nggua Keu Uwi dalam Menghadapi Arus Negatif
Globalisasi, dan Mendorong Masyarakat Wolomuku Mewartakan Benih Sabda Allah