DETAIL DOCUMENT
Tobat dalam Ritus Oleng Gewayo Masyarakat Kolimasang dan Tobat dalam Ritus Gereja Katolik (Sebuah Studi Perbandingan)
Total View This Week1
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
PULI, Alfindisius Gasi
Subject
BL Religion 
Datestamp
2021-08-30 05:13:14 
Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan ritus Oleng Gewayo dalam masyarakat Kolimasang, (2) menjelaskan tobat dalam ritus Gereja Katolik, dan (3) membuat perbandingan antara tobat dalam ritus Oleng Gewayo dengan tobat dalam ritus Gereja Katolik. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian lapangan dan studi kepustakaan. 1) Berkaitan dengan metode penelitian lapangan, penulis hadir secara langsung di tempat penelitian untuk melakukan wawancara dengan informan kunci. Dalam melakukan wawancara tersebut ada beberapa langkah yang ditempuh yaitu pertama, menghubungi narasumber dan menentukan waktu pertemuan. Kedua, mencatat dan merekam semua jawabanjawaban yang diberikan oleh narasumber. 2) Berkaitan dengan metode kepustakaan, penulis mempelajari dan mengambil bahan-bahan yang dapat memperkuat tulisan ini dari kamus, buku-buku, jurnal, majalah dan dokumendokumen serta ajaran-ajaran Gereja Katolik yang berhubungan dengan judul tulisan ini. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada kesamaan dan perbedaan antara tobat dalam ritus Oleng Gewayo masyarakat Kolimasang dengan tobat dalam ritus Gereja Katolik. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pandangan tentang dosa. Dalam kedua konteks tersebut, dosa dipahami sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat terelakan dalam hidup manusia dan menjadi penyebab putusnya hubungan atau relasi. Perbedaannya bahwa Gereja mengartikan dosa sebagai putusnya hubungan atau relasi manusia secara pribadi dengan Allah, sedangkan masyarakat Kolimasang mengartikan dosa sebagai tindakan pelanggaran terhadap norma adat atau hukum adat. 2) Pandangan tentang pertobatan. Pertobatan dalam kedua konteks sama-sama dipahami sebagai usaha manusia untuk berbalik kepada Yang Mahatinggi dan untuk mencapai sebuah rekonsiliasi. Perbedaannya terletak pada motivasi untuk bertobat. Dalam sakramen tobat, motivasi untuk bertobat berasal dari dalam diri sendiri, sedangkan dalam ritus Oleng Gewayo motivasi untuk bertobatn berasal dari hal-hal lain yang ada di laur diri. 3) Praktek tobat. Sebagian besar praktek tobat dalam Gereja Katolik yang terdiri dari sesal, pengakuan, penitensi dan absolusi memiliki kesesuaian dan kesamaan makna dengan praktek tobat dalam ritus Oleng Gewayo. Hal yang membedakannya adalah proses pelaksanaan dan simbol-simbol yang digunakan. 4) Unsur-unsur. Unsur-unsur yang sama dan terkandung dalam kedua konteks, antara lain: iman, kerendahan hati, pengampunan, pendamaian, menjadi manusia baru, kebutuhan akan selamat dan nilai sakralitas. Unsur-unsur yang berbeda yakni konteks, pandangan tentang Yang Mahatinggi dan rahasia pengakuan. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO