Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengenal dan memahami profil, kiprah
dan perjuangan dari organisasi YS3L Lembata, (2) mengenal dan memahami model
dan arti devosi kepada Maria di Keuskupan Larantuka, dan (3) mengenal dan
memahami kaitan antara devosi kepada Maria di Keuskupan Larantuka dan
perjuangan feminis dalam YS3L Lembata.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan
kepustakaan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penulis melakukan kajian
terhadap dokumen-dokumen milik organisasi YS3L Lembata sekaligus melakukan
wawancara dengan komponen organisasi YS3L Lembata. Sementara itu, melalui
studi kepustakaan, penulis mencari berbagai literatur baik berbahasa asing maupun
berbahasa Indonesia yang berkaitan dengan pokok bahasan tulisan ini. Subjek
penelitian tesis ini adalah perjuangan YS3L Lembata, devosi kepada Maria di
Keuskupan Larantuka dan hubungan inspiratif dari devosi kepada Maria dan
perjuangan feminis dalam YS3L Lembata dengan bertolak dari sisi tilik Teologi
Feminis.
Yayasan Solidaritas Sedon Senaren Lamaholot Lembata (YS3L Lembata)
dibentuk dalam dua konteks sosio masyarakat Lamaholot, yaitu konteks sosio budaya
masyarakat patriarkat dan konteks sosio religius umat Keuskupan Larantuka yang
mempunyai devosi yang kuat kepada Maria. Pertama, dalam konteks sosio budaya
sistem patriarkat, lembaga YS3L Lembata didirikan untuk mengakhiri ketidakadilan
dan diskriminasi yang menimpa kaum perempuan Lamaholot. YS3L Lembata hadir
sebagai wadah bagi para perempuan Lamaholot untuk memperoleh hak-haknya yang
tertuang dalam program-program YS3L Lembata sebagai penjabaran lebih lanjut dari
visi dan misinya, yakni advokasi-advokasi, perlindungan perempuan dan anak,
pembentukan Sentra Belajar Perempuan dan Anak (SERBA), serta pengembangan
Ekonomi Kerakyatan (EKORA).
Kedua, dalam konteks sosio religius umat Keuskupan Larantuka yang
mempunyai aneka devosi yang khas kepada Maria, YS3L Lembata didirikan sebagai
Komunitas Katolik yang juga melaksanakan dan menghidupi devosi-devosi kepada
Maria. Devosi-devosi itu antara lain: pemakaian nama Ina Sedon Senaren yang
dikaitkan dengan nama Maria sebagai identitas lembaga, pengadaan situs Rohani
Maria, pelaksanaan doa-doa marial serta penerbitan dokumen catatan reflektif
tentang Maria yang berjudul “Pergi ke Bundaâ€. Dengan melaksanakan devosi-devosi
tersebut di atas, sesungguhnya YS3L Lembata, dalam konteks sosio religius umat
Keuskupan Larantuka yang menempatkan Maria secara khas, juga melakukan hal
yang sama dalam kiprah dan perjuangan mereka.
Berdasarkan penelitian penulis, dengan mengacu pada hermeneutika para
teolog feminis tentang Maria, dalam dan melalui masing-masing praktik devosi
kepada Maria tersebut, YS3L Lembata menimba dan membatinkan spirit dan
inspirasi bagi perjuangannya untuk membebaskan perempuan Lamaholot dari
ketidakdilan dan diskriminasi yang dialami. Inspirasi-inpirasi itu antara lain: pertama,
revitalisasi nilai-nilai pribadi perempuan Lamaholot. Bertolak dari fakta bahwa
konstruksi budaya patriarkat yang memposisikan perempuan sebagai warga kelas dua,
berada di bawah laki-laki, YS3L Lembata dengan figur Maria Ibu Yesus
merevitalisasi nilai-nilai pribadi perempuan sebagai pembawa hidup dan pembawa
berkat bagi banyak orang seperti terkandung dalam religiositas asali dan mitos-mitos
tentang perempuan dalam budaya Lamaholot.
Kedua, penolakan serta pembebasan perempuan dari ketidakadilan dan
diskriminasi yang dialami di dalam masyarakat. Merujuk pada hermeneutika para
teolog feminis yang menafsirkan Maria sebagai sosok penentang ketidakadilan dan
pembebas bagi orang-orang kecil dan lemah, YS3L Lembata memaklumkan bahwa
lembaga mengutuk dan berjuang membebaskan para perempuan dari segala bentuk
ketidakadilan dan diskriminasi yang dialami. Ketiga, pemakluman peran Maria
dalam Keluarga Kudus Nazaret sebagai tujuan perziarahan Keluarga-keluarga
Katolik. Keluarga Kudus Nazaret, Yusuf, Maria dan Yesus adalah keluarga yang
sejahtera dan harmonis. Keluarga Kudus Nazaret menjunjung tinggi kesatuan dan
kerja sama yang mesra antara Yusuf (bapa), Maria (mama) dan Yesus (anak).
Bertolak dari pemahaman ini, YS3L Lembata menfasilitasi proses penetapan
kesepakatan-kesepakatan dalam rangka kerja sama antara bapa, mama dan anak. Bila
dalam masyarakat patriarkat Lamaholot kaum laki-laki mendominasi kehidupan
keluarga, maka dalam konteks masyarakat yang mempunyai devosi yang spesial dan
kuat kepada Maria, laki-laki Lamaholot diajarkan bahwa perempuan memiliki
tanggung jawab yang sama dengannya dalam menentukan masa depan keluarga dan
masyarakat.