Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) memberikan pemahaman yang benar tentang
formasi calon imam diosesan di Seminari Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret (2)
memberikan pemahaman yang benar tentang komunikasi interpersonal (3) menggali
pengalaman komunikasi interpersonal yang berlangsung antara formator dengan
formandi di Seminari Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret (4) menampilkan uraian
mengenai korelasi antara komunikasi interpersonal yang dijalankan oleh formator dan
formandi dan perkembangan kepribadian formandi (5) menguraikan dan meninjau
kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh formator dan formandi dalam membangun
komunikasi interpersonal agar kepribadian formandi berkembang menuju kematangan,
dan (6) mendata dan menganalisis usul saran yang disampaikan oleh formator dan
formandi terkait dengan komunikasi interpersonal dalam proses formasi di lembaga
calon imam diosesan ini.
Metode yang dipakai dalam dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
kualitatif. Objek yang diteliti adalah pengaruh komunikasi interpersonal di antara
formator dan formandi terhadap perkembangan kepribadian formandi di Seminari
Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret. Wujud data dalam penelitian ini berupa
pemahaman formator dan formandi mengenai komunikasi interpersonal, pengalaman
komunikasi interpersonal yang dijalin di antara formator dan formandi, pengaruh yang
timbul dari komunikasi interpersonal bagi perkembangan kepribadian formandi, dan
kebutuhan formator dan formandi dalam membangun komunikasi interpersonal.Sumber
data utama penelitian ini adalah formandi yang tengah menjalani masa formasi di
Seminari Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret periode 2020/2021.Selain itu, data
penelitian juga diperoleh dari formator yang saat ini mengemban tugas sebagai
pendamping bagi formandi di Seminari Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret.
Sumber data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu sehubungan dengan
formasi calon imam diosesan di Seminari Tinggi Ritapiret. Peneliti memanfaatkan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu kuesioner, wawancara, dan focus group
discussion (FGD). Ketiga teknik ini peneliti padukan dengan teknik kepustakaan dan
observasi partisipatoris. Langkah yang digunakandalam pengumpulan data. Pertama,
peneliti menghubungi teman-teman formandi yang telah ditentukan dari masing-masing
tingkat yang akan mengisi kuesioner serta beberapa formator yang hendak
diwawancara. Kedua, peneliti mengadakan pertemuan untuk menjelaskan pokok
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta hal lain yang perlu untuk
dijelaskan serta menetukan waktu yang terbaik untuk menjalankan pengisian kuesioner
dan pengumpulannya. Ketiga, peneliti membagi kuesioner kepada responden yang telah
dihubungi dan mewawancarai beberapa formator sebagaimana telah disepakati bersama
waktunya. Keempat, peneliti mengumpulkan data pada waktu yang telah ditentukan
bersama. Kelima, peneliti mengangkat beberapa tema yang diolah dari data wawancara
dan kuesioner untuk diteliti lebih lanjut dalam FGD. Beberapa tema tersebut digeluti
bersama dalam forum diskusi kelompok yang beranggotakan 5-8 peserta. Data yang
diperoleh dari hasil FGD dijadikan sebagai data pendukung penelitian dan bukan
kesimpulan akhir. Data-data yang telah diperoleh itu dinalisis oleh peneliti dengan
menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Pertama,
peneliti memetakan kekuatan (strength) dari komunikasi interpersonal antara formator
dengan formandi dalamformasi calon imam diosesan di Seminari Tinggi Intersdiosesan
Sto. Petrus Ritapiret. Kedua, peneliti mengangkat hal-hal yang menjadi kelemahan
(weakness) dari komunikasi interpersonal di antara formator dan formandi dalam
formasi calon imam diosesan di Seminari Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret.
Ketiga, peneliti mengkaji hal-hal yang menjadi peluang (opportunity) terciptanya
komunikasi interpersonal di antara formator dan formandi dalam formasi calon imam
diosesan di Seminari Tinggi Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret. Keempat, peneliti
mengkaji hal-hal yang menjadi tantangan (threat) dari komunikasi interpersonal di
antara formator dan formandidalam formasi calon imam diosesan di Seminari Tinggi
Interdiosesan Sto. Petrus Ritapiret. Analisis ini didukung oleh literatur-literatur lain
yang berbicara tentang pola komunikasi interpersonal dan proses formasi calon imam.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan beberapa poin berikut ini: pertama,
formator dan formandi belum mamahami komunikasi interpersonal secara utuh.
Pemahaman formandi dan formator mengenai komunikasi interpersonal masih berkutat
pada level kedekatan emosional, kenyamanan dan saling memahami satu sama lain,
serta tanggapan yang tepat atas hal-hal yang disampaikan. Dengan begitu, formandi dan
formator belum melihat lebih jauh tentang komunikasi interpersonal yang mesti
menghantar individu ke tahap perubahan pandangan, sikap dan t