Institusion
Universitas Brawijaya
Author
Nugraheni, Putranty Widha
Subject
615.323 624 Drugs derived from specific plants (Mangosteens, Tea)
Datestamp
2021-11-30 00:49:46
Abstract :
Asam urat merupakan produk oksidasi hipoxantin dan xantin oleh enzim xantin
oksidase yang banyak ditemukan pada cairan ekstraselular. Asam urat yang berada
di dalam tubuh dapat berasal dari sumber endogen yang berasal dari produk akhir
perombakan protein maupun nukleoprotein, dan sumber eksogen yang berasal dari
makanan yang mengandung banyak senyawa purin. Dalam jumlah sedikit, asam
urat masih dapat dimetabolisme sebagai bagian dari diet bahkan memiliki fungsi
sebagai antioksidan, namun apabila berlebihan dapat berperan sebagai prooksidan
dan memicu aktivitas enzim xantin oksidase secara berlebihan pada kedua jenis
purin, yaitu adenosin dan guanine. Hiperurisemia adalah suatu kondisi dimana asam
urat berada pada keadaan super jenuh pada plasma sehingga kadar asam urat berada
diatas kadar normal. Aktivitas xantin oksidase yang berlebihan memicu
pembentukan ROS seperti O2
-• dan H2O2• yang berlebihan sehingga meningkatkan
proses peroksidase lipid. Sampai saat ini, allopurinol adalah obat yang paling
banyak digunakan karena paling efektif dalam menghambat aktivitas xantin
oksidase, namun penggunaannya dapat menimbulkan beberapa efek samping yang
cukup serius, seperti nefropati, reaksi alergi, dan gangguan pencernaan. Salah satu
tanaman yang diduga dapat menurunkan kadar asam urat adalah teh hijau (Camellia
sinensis L.) karena mengandung banyak antioksidan polifenol, khususnya
flavonoid yang memiliki sifat antioksidan yang kuat dengan melakukan beberapa
mekanisme, seperti anti peroksidase lipid, peredam radikal bebas, pengikat logam,
dan penghambat beberapa enzim termasuk xantin oksidase. Penelitian ini
mempelajari potensi teh hijau pada tikus putih hiperurisemia yang telah diberi diet
tinggi purin dan diukur berdasarkan kadar asam urat total di darah dan urin, kadar
kreatinin, kadar malondialdehid, dan gambaran histopatologi ginjal. Penggunaan
hewan coba telah disetujui komisi etik Universitas Brawijaya dengan nomor. 690-
KEP-UB. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok: kontrol negatif, kontrol positif, terapi
allopurinol, terapi teh hijau dengan 3 dosis, yaitu 150, 300, dan 600 mg/kgBB.
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap: (1) Uji kualitatif flavonoid dalam ekstrak teh
hijau, (2) Pembuatan hewan model hiperurisemia dengan diet tinggi purin selama
60 hari, dan (3) Perlakuan tikus model hiperurisemia secara in vivo menggunakan
ekstrak teh hijau, (4) Analisis kadar asam urat di serum dan di urin, kadar MDA
pada ginjal, kadar kreatinin pada serum, dan gambaran histopatologi ginjal. Uji
kualitatif menunjukkan bahwa EGCG merupakan flavonoid yang paling banyak
terkandung dalam teh hijau. Hasil analisis statistik membuktikan teh hijau dengan
dosis 600 mg/kgBB hijau dapat menurunkan kadar asam urat sebanyak 55,25% (p
< 0,01), meningkatkan ekskresi asam urat sebanyak 18,91% (p < 0,01), menurunkan
kadar MDA ginjal sebanyak 58,85% (p < 0,01), menurunkan kadar kreatinin
sebesar 24,5% (p > 0,05), dan memperbaiki gambaran histopatologi ginjal.