DETAIL DOCUMENT
Pengaruh Terapi Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis) Terhadap Kadar Asam Urat, Xantin Oksidase (Xod), Malondialdehid (Mda) Dan Gambaran Histopatologi Hepar Pada Tikus (Rattus Novergicus) Hiperurisemia
Total View This Week0
Institusion
Universitas Brawijaya
Author
Rahmawati, Fitria
Subject
583.624 Theales 
Datestamp
2021-10-21 01:01:51 
Abstract :
Asam urat adalah hasil akhir metabolisme purin (adenin, guanin) dan dapat disekresikan melalui ginjal dalam keadaan normal. Apabila sintesis asam urat terlalu banyak maka akan menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat (hiperuresemia), Asam urat sebenarnya berperan sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebih dalam darah. Hiperurisemia merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum melebihi kadar normal. Nilai normal asam urat pada wanita 2,4 – 5,7 mg/dL dan pada pria 3,5 – 7,0 mg/dL. Kadar asam urat yang tinggi seperti pada penderita hiperurisemia dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel seperti hepar dan ginjal akibat reaksi berantai peroksidase lipid. Makanan yang mengandung purin tinggi, akan mengaktivasi enzim xantin oksidase 20 kali lipat dari keadaan normal. Hal ini akan menyebabkan peningkatan radikal bebas dalam tubuh, seperti radikal O2●- dan OH●. Pada umumnya pengobatan hiperurisemia yaitu menggunakan obat-obat sintesis seperti allopurinol. Namun penggunaan obat sintetis dapat menimbulkan efek samping seperti reaksi alergi dan gangguan pencernaan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan pengobatan alternatif dengan menggunakan tanaman obat seperti teh hijau (Camellia sinensis). Daun teh hijau mengandung gugus flavanoid dari polifenol yang bersifat sebagai antioksidan dan berfungsi sebagai peredam yang dapat menetralisir radikal bebas, sebagai inhibitor xantin oksidase (XOD) serta menghentikan reaksi berantai peroksidasi lipid. Pada penelitian ini uji potensi dilakukan menggunakan hewan coba tikus wistar yang telah diberi diet tinggi purin dan diukur kadar asam urat total darah, aktivitas xantin oksidase, kadar malondialdehid serta gambaran gistopatologi hati. Penggunaan hewan coba telah disetujui oleh komisi etik Universitas Brawijaya dengan nomor. 689-KEP-UB. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol positif, kontrol negatif, terapi allopurinol, terapi ekstrak teh hijau dengan 3 variasi dosis, yaitu 150, 300, dan 600 mg/kgBB. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) Uji kualitatif flavonoid dalam ekstrak teh hijau, (2) Pembuatan hewan model hiperurisemia dengan diet tinggi purin selama 60 hari, dan (3) Perlakuan tikus model hiperurisemia secara in vivo menggunakan ekstrak teh hijau, (4) Analisis kadar asam urat total pada serum darah, aktivitas XOD pada hati, kadar MDA pada hati, dan gambaran histopatologi hati. Uji kualitatif menunjukkan bahwa Senyawa paling banyak terkandung pada daun teh hijau yaitu Ephigallocatechingallate (EGCg). Hasil analisis statistik membuktikan bahwa ekstrak teh hijau dengan dosis 600 mg/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat sebanyak 55,25% (p<0,01), menurunkan aktivitas XOD hati sebanyak x 35,36 % (p<0,01), menurunkan kadar MDA hati sebanyak 84,87% (p<0,01), dan memperbaiki gambaran histopatologi hati. 
Institution Info

Universitas Brawijaya