Abstract :
Kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri merupakan
masalah yang serius dalam dunia kesehatan. Beberapa tahun terakhir, industri
farmakologi telah menghasilkan sejumlah antibiotik baru, tetapi resistensi bakteri
terhadap obat terus meningkat. Situasi tersebut memberikan dorongan untuk
mencari zat antimikroba baru dari berbagai sumber contohnya tanaman herbal.
Salah satu tanaman herbal yang dimanfaatkan sebagai antimikroba baru dan
sumber penghasil minyak atsiri yaitu tanaman jeruk purut. Penelitian mengenai
komponen utama minyak atsiri dari daun, kulit buah dan ranting jeruk purut telah
banyak dilakukan. Beberapa diantaranya memiliki berbagai aktivitas seperti
larvasida dari nyamuk Aedes aegypti, antioksidan, dan antibakteri. Bervariasinya
aktivitas biologis dapat dikaitkan dengan komposisi monoterpenoid hidrokarbon
(MH) dan monoterpenoid teroksigenasi (MO) yang menyusun minyak atsiri jeruk
purut. Komposisi penyusun minyak yang memiliki komposisi MO 3 kali lebih
tinggi pada minyak jeruk daun menunjukkan aktivitas antimikroba, begitu juga
dengan minyak kulit buah buah dengan komposisi penyusun MH lebih tinggi dari
MO menunjukkan aktivitas antibakteri dan antioksidan yang lebih tinggi.
Bervariasinya komposisi MO dan MH dalam minyak atsiri akan mempengaruhi
aktivitasnya sebagai antibakteri. Suatu minyak atsiri yang memiliki aktivitas
antibakteri rendah dapat diolah menjadi minyak yang memiliki komposisi kimia
yang bervariasi dengan mengolahnya menggunakan detilasi fraksinasi. Sehingga
ranting dipilih untuk ditingkatkan aktivitas antibakterinya dengan mengolahnya
menggunakan destilasi fraksinasi.
Minyak jeruk purut dari daun (MJP-D), ranting (MJP-R) dan kulit buah
(MJP-KB) diperoleh dengan destilasi air-uap selama 4 jam, sedangkan minyak
fraksi diperoleh menggunakan destilasi fraksinasi dengan menggunakan rasio
ix
reflux 20/10 dengan tekanan 5 mbar. Hasil keseluruhan minyak jeruk purut
selanjutnya diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode difusi dan dilusi
pada bakteri E.coli.
Hasil persentase komponen utama penyusun minyak atsiri jeruk purut dari
daun (MJP-D) diperoleh sitronelal (85,07%), linalool (3,46%), dan sabinen
(2,79%), sedangkan pada sampel minyak astiri jeruk purut dari kulit buah (MJPKB)
diperoleh ??pinen (21,44%), sitronelal (20,91%), dan limonene (12,59%).
Persentase komponen utama penyusun minyak atsiri jeruk purut dari ranting
(MJP-R) yaitu sitronelal (46,4%), linalool (13,11%), dan sitronelol (11,03%).
Hasil aktivitas antibakteri dari ketiga minyak diperoleh zona hambat dengan ratarat
sangat kuat pada 500 ?L/ml masing-masing MJP-D, MJP-R, dan MJP-KB.
Tidak adanya pertumbuhan bakteri dari ketiga jenis minyak diperoleh MJP-KB
pada konsentrasi 6,25 ?L/ml.
Komponen utama penyusun minyak fraksi diperoleh senyawa sitronelal
(32,48%), diikuti sabinen (19,83%), dan linalool (8,17%) pada fraksi A. Minyak
fraksi B diperoleh komponen sitronelal (50,65%), diikuti linalool (12,94%), dan
sabinen (9,00%). Minyak fraksi C yaitu sitronelal (74,94%), diikuti linalool
(20,13%), dan isopulegol (3,08%). Minyak fraksi D diperoleh sitronelal (84,86%),
diikuti senyawa linalool (6,13%), dan isopulegol (4,35%). Minyak fraksi E
diperoleh sitronelal (36,83%), diikuti isopulegol (2,09%) dan linalool (0,65%).
Besarnya aktivitas antibakteri dari kelima fraksi diperoleh fraksi C dengan zona
hambat rata-rata sangat kuat pada konsentrasi 500 ?L/ml. Tidak adanya
pertumbuhan bakteri dari kelima jenis minyak diperoleh fraksi C dan D pada
kosentrasi 50 ?L/ml. Hasil analisis statistic yang diperoleh tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara komponen MH dan MO dengan aktivitas antibakteri tetapi
ditentukan oleh masing-masing komponen penyusun minyak yang berkontribusi
terhadap aktivitas tersebut.