DETAIL DOCUMENT
Skrining Fraksi Dan Minyak Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C.) Sebagai Antibakteri
Total View This Week0
Institusion
Universitas Brawijaya
Author
Habsari, Rahmatika Ayu
Subject
615.321 Drugs derived from plants 
Datestamp
2023-02-09 02:57:53 
Abstract :
Kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri merupakan masalah yang serius dalam dunia kesehatan. Beberapa tahun terakhir, industri farmakologi telah menghasilkan sejumlah antibiotik baru, tetapi resistensi bakteri terhadap obat terus meningkat. Situasi tersebut memberikan dorongan untuk mencari zat antimikroba baru dari berbagai sumber contohnya tanaman herbal. Salah satu tanaman herbal yang dimanfaatkan sebagai antimikroba baru dan sumber penghasil minyak atsiri yaitu tanaman jeruk purut. Penelitian mengenai komponen utama minyak atsiri dari daun, kulit buah dan ranting jeruk purut telah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya memiliki berbagai aktivitas seperti larvasida dari nyamuk Aedes aegypti, antioksidan, dan antibakteri. Bervariasinya aktivitas biologis dapat dikaitkan dengan komposisi monoterpenoid hidrokarbon (MH) dan monoterpenoid teroksigenasi (MO) yang menyusun minyak atsiri jeruk purut. Komposisi penyusun minyak yang memiliki komposisi MO 3 kali lebih tinggi pada minyak jeruk daun menunjukkan aktivitas antimikroba, begitu juga dengan minyak kulit buah buah dengan komposisi penyusun MH lebih tinggi dari MO menunjukkan aktivitas antibakteri dan antioksidan yang lebih tinggi. Bervariasinya komposisi MO dan MH dalam minyak atsiri akan mempengaruhi aktivitasnya sebagai antibakteri. Suatu minyak atsiri yang memiliki aktivitas antibakteri rendah dapat diolah menjadi minyak yang memiliki komposisi kimia yang bervariasi dengan mengolahnya menggunakan detilasi fraksinasi. Sehingga ranting dipilih untuk ditingkatkan aktivitas antibakterinya dengan mengolahnya menggunakan destilasi fraksinasi. Minyak jeruk purut dari daun (MJP-D), ranting (MJP-R) dan kulit buah (MJP-KB) diperoleh dengan destilasi air-uap selama 4 jam, sedangkan minyak fraksi diperoleh menggunakan destilasi fraksinasi dengan menggunakan rasio ix reflux 20/10 dengan tekanan 5 mbar. Hasil keseluruhan minyak jeruk purut selanjutnya diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode difusi dan dilusi pada bakteri E.coli. Hasil persentase komponen utama penyusun minyak atsiri jeruk purut dari daun (MJP-D) diperoleh sitronelal (85,07%), linalool (3,46%), dan sabinen (2,79%), sedangkan pada sampel minyak astiri jeruk purut dari kulit buah (MJPKB) diperoleh ??pinen (21,44%), sitronelal (20,91%), dan limonene (12,59%). Persentase komponen utama penyusun minyak atsiri jeruk purut dari ranting (MJP-R) yaitu sitronelal (46,4%), linalool (13,11%), dan sitronelol (11,03%). Hasil aktivitas antibakteri dari ketiga minyak diperoleh zona hambat dengan ratarat sangat kuat pada 500 ?L/ml masing-masing MJP-D, MJP-R, dan MJP-KB. Tidak adanya pertumbuhan bakteri dari ketiga jenis minyak diperoleh MJP-KB pada konsentrasi 6,25 ?L/ml. Komponen utama penyusun minyak fraksi diperoleh senyawa sitronelal (32,48%), diikuti sabinen (19,83%), dan linalool (8,17%) pada fraksi A. Minyak fraksi B diperoleh komponen sitronelal (50,65%), diikuti linalool (12,94%), dan sabinen (9,00%). Minyak fraksi C yaitu sitronelal (74,94%), diikuti linalool (20,13%), dan isopulegol (3,08%). Minyak fraksi D diperoleh sitronelal (84,86%), diikuti senyawa linalool (6,13%), dan isopulegol (4,35%). Minyak fraksi E diperoleh sitronelal (36,83%), diikuti isopulegol (2,09%) dan linalool (0,65%). Besarnya aktivitas antibakteri dari kelima fraksi diperoleh fraksi C dengan zona hambat rata-rata sangat kuat pada konsentrasi 500 ?L/ml. Tidak adanya pertumbuhan bakteri dari kelima jenis minyak diperoleh fraksi C dan D pada kosentrasi 50 ?L/ml. Hasil analisis statistic yang diperoleh tidak terdapat korelasi yang signifikan antara komponen MH dan MO dengan aktivitas antibakteri tetapi ditentukan oleh masing-masing komponen penyusun minyak yang berkontribusi terhadap aktivitas tersebut. 
Institution Info

Universitas Brawijaya