Abstract :
Kebutuhan mendasar dalam perencanaan bangunan air tidak lepas dari ketersediaan data hidrologi yang memadai secara kualitas dan kuantitas. Untuk mendapatkan data tersebut, dibutuhkan jaringan Pos Hidrologi dalam memantau karakteristik hidrologi suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).
DAS Brantas Hulu merupakan salah satu daerah aliran sungai yang memiliki pengaruh penting terhadap kualitas dan kuantitas ketersediaan air di sebagian wilayah provinsi Jawa Timur. Secara keseluruhan memiliki luas sekitar 674 km2. Untuk mengevaluasi dan merencanakan kerapatan jaringan stasiun hujan eksisting digunakan metode Stepwise dan metode Kriging. Kriteria penilaian korelasi dari metode Stepwise apabila nilai r mendekati angka 1 maka hubungan antar variabel tersebut tersebut akan semakin signifikan. Keoptimalan letak stasiun hujan rekomendasi dalam metode Kriging dilihat dari besarnya nilai RMSE dan MAE serta memenuhi standart WMO (World Meteorological Organization).
Hasil evaluasi menggunakan metode Stepwise PU didapatkan rekomendasi 7 stasiun hujan terpilih yang paling dominan. Dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,850 yang mempunyai arti tingkat hubungan sangat kuat. Metode Stepwise Stastistika didapatkan rekomendasi 2 stasiun hujan terpilih yang paling dominan. Dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,847 yang mempunyai arti tingkat hubungan sangat kuat. Dan hubungan antar stasiun hujan dengan stasiun debit akan semakin signifikan.
Analisis metode Kriging dalam penelitian ini menggunakan dua rekomendasi dengan perbedaan jumlah pos hujan disetiap rekomendasinya. Kedua rekomendasi tersebut termasuk dalam kondisi ideal. Dari hasil perhitungan metode kriging diperoleh nilai RMSE dan MAE stasiun hujan rekomendasi II lebih kecil dibandingkan dengan stasiun hujan eksisting. Dengan demikian pos hujan rekomendasi II hasil metode Kriging dapat diterapkan di DAS Brantas Hulu. Dari hasil analisis evaluasi sebaran stasiun hujan dari metode Stepwise dan Kriging menurut standar kerapatan WMO, metode Kriging lebih direkomendasikan karena hasil rekomendasi Kriging telah memenuhi standar kerapatan yang disyaratkan WMO. Metode Kriging penempatan sebaran stasiun hujan lebih merata dibanding metode Stepwise.