Abstract :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang
didasari salah satunya oleh reaksi inflamasi yang meningkat sehingga
menimbulkan hambatan aliran udara dan perusakan pada eritrosit sehingga
terjadi resistensi hormon eritropoitin. Populasi D merupakan pasien PPOK yang
memiliki resiko eksaserbasi tertinggi dan gejala yang paling berat diantara
populasi lainnya. Terapi lini pertama untuk pasien PPOK populasi D yang
direkomendasikan GOLD adalah terapi LABACS (Long Acting Beta2 Agonist and
Corticosteroid). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar
hemoglobin dan parameter eritrosit berupa jumlah eritrosit, nilai RDW dan indeks
eritrosit penderita PPOK populasi D yang mendapat dan tidak mendapat
LABACS. Penelitian ini menggunakan metode observational cross sectional
dengan melihat rekam medis pasien PPOK pada Juni sampai November 2015.
Hasilnya pada terapi LABACS didapatkan kadar hemoglobin yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa terapi, jumlah eritrosit, nilai MCV, MCH, MCHC lebih
rendah dibandingkan dengan tanpa terapi, dan dan nilai RDW lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa terapi LABACS. Selain itu persentase pasien PPOK
yang terkena anemia pada kelompok yang mendapat terapi LABACS lebih
rendah dibanding dengan yang tidak mendapat terapi. Kadar hemoglobin, jumlah
eritrosit, indeks eritrosit, dan RDW dievaluasi dengan program SPSS 16.0. Tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan pada semua parameter. Kesimpulan
penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan kadar hemogolobin dan parameter
eritrosit antara pasien PPOK populasi D yang mendapat dan tidak mendapatkan
terapi LABACS.