Abstract :
Pembangunan merupakan isu yang selalu menarik terutama jika dikaitkan dengan
kawasan sub-sahara Afrika. Sebagai sebuah kawasan dengan lebih dari 40 negara dan
mayoritas merupakan negara berpendapatan menengah ke bawah, tidak sedikit negara
maju yang melakukan berbagai program pembangunan di kawasan ini.
Korea Selatan, salah satu negara maju yang dahulu merupakan negara miskin,
juga menerapkan sebuah program pembangunan di beberapa negara di sub-sahara
Afrika. Program bernama Saemaul Undong, mengusung semangat pembangunan
berbasis community-driven dan pemerintah sebagai pendorong utamanya. Meski
Saemaul Undong dibawakan pemerintah Korea Selatan sebagai pemicu peningkatan
pembangunan ekonomi sub-sahara Afrika, ternyata progam ini juga menjadi salah
satu sarana yang digunakan Korea Selatan untuk mencapai kepentingan nasionalnya
di sub-sahara Afrika.
Penggunaan Saemaul Undong sebagai sarana pencapaian kepentingan nasional
Korea Selatan disebut sebagai sebuah upaya soft power. Kajian mengenai soft power
sendiri telah lebih dalam dilakukan oleh Joseph Nye. Penelitian ini mengupas
seberapa optimal upaya soft power Korea Selatan di sub-sahara Afrika melalui
Global Saemaul Undong (SMU). Berdasarkan hasil penelitian penulis, upaya soft
power Korea Selatan di sub-sahara Afrika melalui Global Saemaul Undong tahun
2010-2016 masih belum cukup optimal sebab terdapat beberapa aspek yang belum
diperhatikan pemerintah Korea Selatan, yakni: 1) pendekatan budaya populer, 2)
rasionalisasi kepentingan di tingkat masyarakat, 3) agenda-setting.