Abstract :
Bulu babi termasuk salah satu sumberdaya perikanan kelautan yang memiliki nilai jual ekspor tinggi, namun hingga saat ini perikanan tangkap kurang memanfaatkan bulu babi sebagai hewan tangkap. Spesies Deadema setosum banyak dijumpai pada perairan Indonesia, termasuk di Pulau Gili Ketapang Probolinggo Jawa Timur. Bulu babi merupakan organisme yang bersifat filter feeder non selektif dan hidupnya cenderung statis di perairan dangkal. Bulu babi memiliki potensi menyerap apapun bahan pencemar yang terdapat pada perairan laut dan sedimen laut adalah logam berat Cd dan Cu. Perairan Gili Ketapang Probolinggo tercemar logam berat Cu dan Cd disebabkan adanya kontaminasi oleh limbah pabrik, aktivitas nelayan dan buangan limbah rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan logam berat Cu dan Cd pada air, sedimen, dan bulu babi, serta menganalisis potensi bulu babi sebagai indikator pencemaran logam berat. Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu sampel air, sedimen dan bulu babi. Pengambilan sampel diambil pada 4 stasiun dan dilakukan 3 kali pengulangan. Pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan dengan preparasi menggunakan asam klorida. Kemudian peneliti menganalisis sampel menggunakan metode AAS untuk mengetahui konsentrasi logam berat. Konsentrasi Cu pada bulu babi lebih tinggi daripada konsentrasi Cu di sedimen dan air yaitu berkisar 7,22 ppm – 10,03 ppm; 1,19 ppm – 2,33ppm ; dan 0,15 ppm – 0,28 ppm berturut – turut. Berbeda dengan nilai konsentrasi logam berat Cu, konsentrasi logam berat Cd pada bulu babi ditemukan hampir sama sengan konsentrasi Cd pada sedimen (1,59-2,27 ppm dan 1,19-2,33 ppm pada bulu babi dan sedimen), namun nilai konsentrasi logam berat Cd pada air ditemukan jauh lebih rendah (0,09-0,11 ppm) dibandingkan dengan konsentrasi Cd pada bulu babi dan sedimen. Konsentrasi Cu dan Cd pada air dan bulu babi ditemukan tertinggi pada Stasiun 1, sedangkan pada Stasiun 2,3 dan 4 memiliki konsentrasi yang hampir sama. Hal ini disebabkan karena Stasiun 1 merupakan area dermaga yang diduga memiliki sumber kontaminan pencemar logam berat Cu dan Cd lebih besar dibandingkan dengan ke-3 stasiun lainnya. Sedangkan, konsentrasi Cu dan Cd di sedimen tertinggi ditemukan pada Stasiun 3 dan Stasiun 1, 2, dan 4 memiliki nilai yang hampir sama dikarenakan stasiun 3 memiliki sedimen yang berwarna lebih hitam pekat dan dengan tekstur yang lebih halus yang diduga dapat mengakumulasi logam berat lebih banyak. Berdasarkan analisis regresi berganda, konsentrasi logam berat pada bulu babi tidak sepenuhnya mendapat pengaruh dari konsentrasi logam berat pada air dan sedimen. Hal ini didukung oleh nilai bioakumulasi (BAF) kedua logam berat pada bulu babi yang cenderung rendah (BAF < 100). Namun demikian, nilai BAF Cu (46.03) ditemukan sedikit lebih tinggi dibandingkan BAF Cd (18.61) yang berarti bahwa bulu babi cenderung menyerap Cu lebih banyak dibandingkan Cd karena logam berat Cu bersifat esensial sedangkan Cd bersifat non-esensial.