Abstract :
Limbah pertanian yang tersedia melimpah, harganya relatif murah dan mudah didapat
sangat memberi peluang dimanfaatkan dalam mengatasi kendala pakan ternak yang
terasa semakin sulit dan mahal. Salah satu bahan pakan sumber limbah potensial
sebagai pakan ikonvensional sumber energi yaitu limbah tanaman pisang kepok, yaitu
bonggol (corm) berpotensi besar sebagai sumber kalori mengandung ± 79%
karbohidrat. Kandungan lain dalam jumlah tertentu adalah antioksidan (flavonoid) dan
pati. Kelemahan bonggol sebagai pakan ternak khususnya nonruminansia yakni
proteinnya rendah, serat kasar tinggi, mengandung antinutrisi seperti tanin, sterol,
glikosida, kuinon dan terpenoid. polifenol, alkaloid dan saponin. Komponen bonggol
pisang kepok yang dapat berpengaruh negatif tersebut, diikuti dengan komponen
karbohidrat komplek tersusun dari polisakarida meliputi gums, oligosakarida,
polidekstrosa, maltodekstrin dan pati yang sulit dicerna atau dikenal sebagai pati
resisten, perlu proses pengolahan sebelum digunakan. Komponen-komponen yang
berpotensi mengganggu nilai manfaat nutrien sebagai pakan dapat diatasi dengan cara
fermentasi menggunakan yeast/khamir (Saccharomyces cerevisiae) dan kapang
(Aspergillus niger) yakni jenis mikroba mengandung enzim amilolitik dan lainnya.
Penelitian disertasi ini dilaksanakan dalam dua tahapan penelitian. Penelitian tahap I uji
In vitro bertujuan mengevaluasi kandungan nutrien, kadar antinutrisi tanin dan saponin
serta kecernaan bahan kering dan bahan organik yang terkandung dalam bonggol
pisang kepok tanpa fermentasi dan sesudah fermentasi menggunakan khamir
(Saccharomyces cerevisiae), kapang (Aspergillus niger) atau kombinasi khamir dan
kapang dengan dosis inokulum 10% (w/v). Hasil terbaik pada penelitian tahap I diuji
lanjut secara In vivo.
Penelitian tahap II uji In vivo bertujuan mempelajari hasil terbaik pakan mengandung
bonggol pisang kepok hasil fermentasi diuji pada ternak babi fase grower berumur
sekitar 10 minggu, bobot badan rerata 27 kg ±3,92 kg, guna mengevaluasi performan
dan kecernaan pakan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) terdiri dari 4 perlakuan pakan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali.
Bonggol pisang hasil fermentasi dicampur kedalam pakan basal pada level 0, 7, 14 dan
21% bonggol pisang kepok fermentasi dalam total pakan perlakuan.
Variabel penelitian untuk tahap I meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar,
energi, lemak kasar, abu, pati, total gula, antinutrisi tanin dan saponin dan nilai
kecernaan In vitro bahan kering dan bahan organik. Variabel yang dihitung untuk tahap
II adalah konsumsi dan kecernaan pakan yakni bahan kering, bahan organik, protein
kasar dan energi dan variabel performan terdiri dari konsumsi pakan, pertambahan
bobot badan dan konversi pakan, serta konsumsi dan retensi mineral Ca dan P.
Hasil penelitian tahap I diperoleh bahwa tepung bonggol pisang kepok kering (kontrol)
mengandung protein kasar 3,58%, serat kasar 19,33%, karbohidrat 79,16%, lemak
vi
2,15%, energy bruto 3385 Kkal/kg dan abu 9,74%. Kandungan bahan kering, protein
kasar dan energi bruto meningkat setelah fermentasi dibanding tanpa fermentasi
(kontrol). Kandungan protein kasar sebanyak 5,81% adalah angka tertinggi yang
dicapai pada perlakuan P3 (khamir + inkubasi 96 jam). Kandungan energi, pati dan
amilopektin tertinggi terdapat pada perlakuan P8 (konsorsium khamir dan kapang +
inkubasi 72 jam) masing-masing 3511 Kkal/kg, 35,54 g/100 g dan 25,91 g/100 g. Total
gula meningkat sebesar 372% yakni dari 2,17 menjadi 12,80 g/100g dicapai pada
perlakuan P5 (kapang + inkubasi 72 jam). Kandungan tanin dan saponin menurun
masing-masing 31 dan 41% yakni pada perlakuan P5 dan P4. Kecernaan bahan kering
dan bahan organik tertinggi (77,59 dan 75,65%) terdapat pada perlakuan P5.
Hasil penelitian tahap II uji In vivo menunjukkan tepung bonggol pisang kepok
fermentasi dengan mikroba kombinasi khamir dan kapang dan diinkubasi selama 72
jam atau perlakuan P8 (terbaik Tahap I), menghasilkan konsumsi pakan ternak babi
fase grower yaitu bahan kering, bahan organik, protein kasar dan konsumsi energi
nyata (P<0,05) menurun dibanding pakan kontrol, tetapi tidak nyata (P>0,05) menurun
pada level tepung bonggol pisang fermentasi diantara 14 dan 21%. Level penggunaan
bonggol pisang fermentasi 7% menghasilkan nilai rataan terbaik untuk variabel
kecernaan bahan kering dan bahan organik masing-masing 66,57 dan 70,48% dan
kecernaan protein kasar dan energi masing-masing 83,43 dan 70,76%. Performan
ternak babi yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi
penggunaan pakan terbaik dicapai pada pakan kontrol (0 % produk fermentasi)
masing-masing adalah konsumsi pakan 2031,69 g/h, 650,44 g/h dan 3,15 nilai rataan
tersebut tidak berbeda nyata (P>0,05) dibanding dengan penggunaan pakan hasil
fermentasi hingga level 21%. Konsumsi dan retensi mineral Ca dan P tertinggi masingmasing
14,3 dan 9,1 g/h dan