DETAIL DOCUMENT
Penggunaan Tepung Bonggol Pisang Kepok Hasil Fermentasi Dengan Saccharomyces Cerevisiae Dan Aspergillus Niger Sebagai Pakan Dan Implikasinya Terhadap Kecernaan Nutrien Dan Performan Ternak Babi Fase Grower
Total View This Week0
Institusion
Universitas Brawijaya
Author
Sembiring, Sabarta
Subject
636.4 Swine 
Datestamp
2020-12-30 15:08:46 
Abstract :
Limbah pertanian yang tersedia melimpah, harganya relatif murah dan mudah didapat sangat memberi peluang dimanfaatkan dalam mengatasi kendala pakan ternak yang terasa semakin sulit dan mahal. Salah satu bahan pakan sumber limbah potensial sebagai pakan ikonvensional sumber energi yaitu limbah tanaman pisang kepok, yaitu bonggol (corm) berpotensi besar sebagai sumber kalori mengandung ± 79% karbohidrat. Kandungan lain dalam jumlah tertentu adalah antioksidan (flavonoid) dan pati. Kelemahan bonggol sebagai pakan ternak khususnya nonruminansia yakni proteinnya rendah, serat kasar tinggi, mengandung antinutrisi seperti tanin, sterol, glikosida, kuinon dan terpenoid. polifenol, alkaloid dan saponin. Komponen bonggol pisang kepok yang dapat berpengaruh negatif tersebut, diikuti dengan komponen karbohidrat komplek tersusun dari polisakarida meliputi gums, oligosakarida, polidekstrosa, maltodekstrin dan pati yang sulit dicerna atau dikenal sebagai pati resisten, perlu proses pengolahan sebelum digunakan. Komponen-komponen yang berpotensi mengganggu nilai manfaat nutrien sebagai pakan dapat diatasi dengan cara fermentasi menggunakan yeast/khamir (Saccharomyces cerevisiae) dan kapang (Aspergillus niger) yakni jenis mikroba mengandung enzim amilolitik dan lainnya. Penelitian disertasi ini dilaksanakan dalam dua tahapan penelitian. Penelitian tahap I uji In vitro bertujuan mengevaluasi kandungan nutrien, kadar antinutrisi tanin dan saponin serta kecernaan bahan kering dan bahan organik yang terkandung dalam bonggol pisang kepok tanpa fermentasi dan sesudah fermentasi menggunakan khamir (Saccharomyces cerevisiae), kapang (Aspergillus niger) atau kombinasi khamir dan kapang dengan dosis inokulum 10% (w/v). Hasil terbaik pada penelitian tahap I diuji lanjut secara In vivo. Penelitian tahap II uji In vivo bertujuan mempelajari hasil terbaik pakan mengandung bonggol pisang kepok hasil fermentasi diuji pada ternak babi fase grower berumur sekitar 10 minggu, bobot badan rerata 27 kg ±3,92 kg, guna mengevaluasi performan dan kecernaan pakan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 4 perlakuan pakan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Bonggol pisang hasil fermentasi dicampur kedalam pakan basal pada level 0, 7, 14 dan 21% bonggol pisang kepok fermentasi dalam total pakan perlakuan. Variabel penelitian untuk tahap I meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar, energi, lemak kasar, abu, pati, total gula, antinutrisi tanin dan saponin dan nilai kecernaan In vitro bahan kering dan bahan organik. Variabel yang dihitung untuk tahap II adalah konsumsi dan kecernaan pakan yakni bahan kering, bahan organik, protein kasar dan energi dan variabel performan terdiri dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan, serta konsumsi dan retensi mineral Ca dan P. Hasil penelitian tahap I diperoleh bahwa tepung bonggol pisang kepok kering (kontrol) mengandung protein kasar 3,58%, serat kasar 19,33%, karbohidrat 79,16%, lemak vi 2,15%, energy bruto 3385 Kkal/kg dan abu 9,74%. Kandungan bahan kering, protein kasar dan energi bruto meningkat setelah fermentasi dibanding tanpa fermentasi (kontrol). Kandungan protein kasar sebanyak 5,81% adalah angka tertinggi yang dicapai pada perlakuan P3 (khamir + inkubasi 96 jam). Kandungan energi, pati dan amilopektin tertinggi terdapat pada perlakuan P8 (konsorsium khamir dan kapang + inkubasi 72 jam) masing-masing 3511 Kkal/kg, 35,54 g/100 g dan 25,91 g/100 g. Total gula meningkat sebesar 372% yakni dari 2,17 menjadi 12,80 g/100g dicapai pada perlakuan P5 (kapang + inkubasi 72 jam). Kandungan tanin dan saponin menurun masing-masing 31 dan 41% yakni pada perlakuan P5 dan P4. Kecernaan bahan kering dan bahan organik tertinggi (77,59 dan 75,65%) terdapat pada perlakuan P5. Hasil penelitian tahap II uji In vivo menunjukkan tepung bonggol pisang kepok fermentasi dengan mikroba kombinasi khamir dan kapang dan diinkubasi selama 72 jam atau perlakuan P8 (terbaik Tahap I), menghasilkan konsumsi pakan ternak babi fase grower yaitu bahan kering, bahan organik, protein kasar dan konsumsi energi nyata (P<0,05) menurun dibanding pakan kontrol, tetapi tidak nyata (P>0,05) menurun pada level tepung bonggol pisang fermentasi diantara 14 dan 21%. Level penggunaan bonggol pisang fermentasi 7% menghasilkan nilai rataan terbaik untuk variabel kecernaan bahan kering dan bahan organik masing-masing 66,57 dan 70,48% dan kecernaan protein kasar dan energi masing-masing 83,43 dan 70,76%. Performan ternak babi yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi penggunaan pakan terbaik dicapai pada pakan kontrol (0 % produk fermentasi) masing-masing adalah konsumsi pakan 2031,69 g/h, 650,44 g/h dan 3,15 nilai rataan tersebut tidak berbeda nyata (P>0,05) dibanding dengan penggunaan pakan hasil fermentasi hingga level 21%. Konsumsi dan retensi mineral Ca dan P tertinggi masingmasing 14,3 dan 9,1 g/h dan 
Institution Info

Universitas Brawijaya