Abstract :
Atraksi yang dibentuk pada bentang alam oleh berbagai suku sebagai lingkungan
tempat hidup memiliki keunikan masing-masing. Keunikan lansekap merupakan
manifestasi pengelolaan lahan dan sumber daya dengan pendekatan kultural untuk
menjamin keberlangsungan hidup komunitas di dalamnya. Suku Abui di Kampung
Takpala Pulau Alor, NTT adalah salah satu suku di Timur Indonesia yang memiliki
keunikan tersebut. Keunikannya menjadi daya tarik tersendiri sehingga distatuskan oleh
pemerintah menjadi kampung tradisional untuk tujuan wisata. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui lansekap permukiman Suku Abui di Kampung Takpala ditinjau dari
perspektif etnobotani pada pola tata ruang dan pemanfaatan lahan permukiman, bangunan
suku Abui, jenis tumbuhan dan pemanfaatannya di lingkungan permukiman serta
perspekrif wisatawan dalam melestatikan lansekap permukiman sebagai objek wisata.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan teknik wawancara open-ended dan
semistructure secara snowball sampling dan purposive sampling, sedangkan data
kuantitatif sebagai pendukung data kualitatif dengan pendekatan etnobotani yaitu analisis
ICS (Index Of Cultural Significance) untuk mengetahui manfaat dan nilai kepentingan
tiap-tiap jenis tumbuhan berguna berdasarkan kebutuhan penduduk setempat. Persepsi
wisatawan dianalisis mengunakan skala Liker, selanjutnya dilakukan focus group
discussion (FGD) dan dirumusan strategi konservasi berdasarkan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola tata ruang permukiman Suku Abui di
Takpala dapat direpresentasikan sebagai tempat yang masih memegang nilai-nilai adat dan
budaya. Struktur penataan ruang permukiman serta pemanfaatannya berdasarkan
kebutuhan adat dengan komponen seperti masang, hok, dan perumahan tradisional dengan
berbaris pola linier serta pembagian ruang berdasarkan kearifan lokal masyarakat dengan
cara terasering. Desain bangunan berbentuk bujur sangkar dengan atap limas segi empat.
Bangunan di Takpala tergolong atas dua tipe yaitu Falah atau gudang sebagai rumah
tinggal orang Abui dan rumah adat dengan nama Kolwat dan Kanuarwat yang disakralkan.
Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam pembangunan rumah suku Abui terdiri dari 26
spesies dari 15 famili yang merupakan jenis tumbuhan pilihan dengan kualitas yang tinggi.
Jenis tumbuhan yang terdapat pada pekarangan rumah warga Abui terdiri dari 133 spesies
dari 55 famili. Tanaman tersebut dimanfaatkan warga sebagai makanan, obat, tanaman
hias, teknologi lokal dan kayu bakar. Berdasarkan persepsi wisatawan, ditemukan bahwa
lansekap permukiman Suku Abui di Kampung Takpala merupakan objek yang menarik
bagi wisatawan yang perlu dilestarikaan. Hasil FGD serta analisis SWOT dalam upaya
konservasi, bahwa pelibatan para pihak dipandang perlu berkontribusi langsung dalam
mengoptimalka kekhasan dan sumber daya lansekap berdasarkan kearifan lokal sebagai
aset wisata yang berkelanjutan.