Abstract :
Udang windu mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya sehingga disamping untuk konsumsi dalam negeri udang
windu mempunyai peranan penting dalam perolehan devisa negara. Untuk mencegah turunnya produksi udang windu yang salah satunya disebabkan oleh penyakit
bakterial, petani tambak sering menggunakan antibiotika yang diberikan melalui pakan atau air tambak. Jika penggunaannya tidak tepat, dapat menyebabkan adanya
residu antibiotika tersebut pada tubuh udang. Pada penelitian ini, sampel udang
windu diambil dari tiga lokasi tambak di Sidoarjo berdasarkan jumlah produksi udang windu terbesar tiap tahunnya. Untuk analisis digunakan metode KlT-densitometri.
Sebelum pemeriksaan sampel, terlebih dahulu dilakukan validasi metode dengan parameter selektifitas, linieritas, batas deteksi, batas kuantitasi, akurasi dan presisi.
Pada penentuan kadar Oksitetrasiklin HCl dan Tetrasiklin HCl dalam udangwindu, metode yang digunakan telah memenuhi persyaratan validasi. Untuk selektifitas digunakan fase gerak kloroform : metanol : 5% Na2 EDTA ( 65 : 20 : 5),
diambil lapisan bawah, Sedangkan persyaratan validasi lain untuk Oksitetrasiklin HCl diperoleh linieritas dengan harga r : 0,996676221 dan harga Vxo = 3,73%, batas
deteksi = 0,0560 µg, batas kuantitasi : 0,1865 µg, akurasi : 90,90% dan presisi = 7,45%. Untuk Tetrasiklin HCl diperoleh linieritas dengan harga r : 0,999I 2758 7 dan Vxo = l,9l%, batas deteksi = 0,0286 µg, batas kuantitasi = 0,0954 µg, akurasi =
90,46% dan presisi: 6,76%.
Hasil penclitian menunjukkan bahwa udang windu dari ketiga lokasi tambak di Sidoarjo tidak mengandung residu Oksitetrasiklin HCL tetapi mengandung residu
Tetrasiklin HCL dengan kadar untuk lokasi tambak X = 90,7619 µg/g berat basah atau 412,7415 µg/g berat kering, lokasi tambak Y : 186,4332 pg/g berat basah atau
918,3899 µg/g berat kering, lokasi tambak Z : 279,4517 µg/g berat basah atau 13 54,58 86 µg/g berat kering