Abstract :
Penelitian ini berhubungan dengan analisis kesalahan gramatikal. Dua rumusan masalah
masalah dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana jenis kesalahan gramatikal yang
dibuat oleh siswa kelas X dalam menulis teks recount? dan (2) kenapa kesalahankesalahan tersebut terjadi?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
kesalahan gramatikal yang dibuat oleh siswa dan untuk menggambarkan kemungkinan
penyebab-penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut.
Dalam melaksanakan penelitia ini, peneliti menggunakan studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Thohir
Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah subyeknya adalah 51 siswa
dan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis dalam
bentuk teks recount. metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisa dengan
cara membagi jenis-jenis kesalahan gramatikal kedalam tujuh kategori dan kemudian
menentukan kemungkinan penyebab-penyebab kesalahan itu berdasarkan teori dari
Erdogan (2005: 265).
Dari hasil analisa dan interview terhadap siswa, peneliti menemukan bahwa: (1) siswa
mwmbuat 323 kesalahan gramatikal dalam 431 kalimat yang dibagi kedalam 98 atau
30% kesalan dalam membuat bentuk kata kerja, 112 atau 35% kesalahan dalam
kecocokan antara subyek dan predikat, 46 atau 14% kesalahan dalam penjamakan kata
benda, 18 atau 6% kesalan dalam penggunaan artikel, 20 atau 6% kesalahan dalam
penggunaan kata depan, 12 atau 4% kesalahan dalam penggunaan kata ganti, dan 17 atau
5% kesalahan dalam penggunaan kata sambung. (2) kemungkinan penyebab kesalahankesalahan tersebut adalah: intra-lingual transfer (88%) karena siswa mempunyai
pengetahuan terbatas tentang aturan-aturan dan struktur dalam Bahasa Inggris. Ini juga
terjadi karena ketidak mampuan mereka dalam menerapkan apa yang sudah mereka
pelajari. Selain itu beberapa kesalahan juga dipengaruhi oleh inte-rlingual transfer (12%)
karena siswa masih terpengaruh oleh bahasa pertama mereka atau bahasa ibu (Bahasa
Indonesia).