Abstract :
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (PERSERO) Jalan Raya Cut Meutia No. 44 Bekasi 17113. Penelitian ini menggunakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan insentif sebagai variabel independen dan kinerja karyawan sebagai variabel dependen. Berdasarkan daftar penyakit di lingkungan karyawan PT.PLN (PERSERO) pada tahun 2010-2015 diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh karyawan adalah penyakit ISPA dan dari hasil survei integritas kinerja PT. PLN oleh KPK pada tahun 2015 yang tercantum pada tabel standar penilaian kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi, skor integritas PT. PLN berada di bawah skor nasional (6.50) yaitu sebesar 6.24. berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti apa yang menjadi penyebab rendahnya kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi terhadap kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta kaitannya dengan pemberian insentif bagi karyawan di PT. PLN. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi; 2) untuk mengetahui pengaruh insentif terhadap kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi; 3) untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan insentif terhadap kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi yaitu sejumlah 228 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui dokumen dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis regresi linier sederhana dan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian diperoleh regresi berganda :
?= 360,898+0,415X1+0,418X2
Berdasarkan hasil analisis regresi uji t dan uji F adalah sebagai berikut : 1) secara parsial, terdapat pengaruh signifikan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan dengan nilai thitung(4,590)>ttabel(1,960) maka Ho ditolak dan Ha diterima; 2) secara parsial terdapat pengaruh signifikan insentif terhadap kinerja karyawan dengan nilai thitung(2,781)>(1,960) maka Ho ditolak dan Ha diterima; 3) secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja dan insentif terhadap kinerja karyawan dengan nilai Fhitung(19,982)>Ftabel(18,513) maka Ho ditolak dan Ha diterima..Koefisien determinasi (Adjusted R2) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar 0,897, hal ini berarti 89,7% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan sisanya 10,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain selain keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Sedangkan koefisien determinasi (Adjusted R2) insentif sebesar 0186, hal ini berarti 18,6% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel insentif dan sisanya 81,4% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain selain insentif yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Dari permyataan tersebut diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah keselamatan dan kesehatan kerja dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,897.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1) terdapat pengaruh yang signifikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi; 2) terdapat pengaruh yang signifikan insentif terhadap kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi; 3) secara simultan, terdapat pengaruh yang signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja dan insentif terhadap kinerja karyawan PT. PLN (PERSERO) Bekasi.
Saran penulis bagi PT. PLN (PERSERO) Bekasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) hendaknya diterapkan sesuai kebijakan dan komitmen sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di setiap perusahaan. dan untuk penanganan 10 besar penyakit sebaiknya diatasi dengan memberikan fasilitas kesehatan berupa jaminan kesehatan. Dalam pemberian insentif kepada karyawan hendaknya pihak perusahaan memberikan insentif sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Dalam penilaian kinerja karyawan terdapat kinerja karyawan yang rendah dan hal itu dapat ditingkatkan salah satunya melalui pemberian pelatihan kerja melalui workshop.