Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktor-aktor sosial ditulis dalam reportase tentang perjuangan seorang Ibu dalam mencari keadilan bagi anak-anaknya yang diperkosa yang ditulis oleh Project Multatuli. Reportase tersebut mengundang perhatian publik yang dampaknya adalah dibukanya kembali kasus tersebut oleh kepolisian yang sebelumnya dihentikan pada 2019. Namun, terdapat salah satu pihak, yaitu pihak pelaku yang keberatan dengan isi reportase tersebut dan menggugat reportase tersebut ke Polisi sebagai pencemaran nama baik. Dalam penulisan jurnalistik secara umum, pihak-pihak yang dihadirkan dalam suatu reportase harus berimbang. Apakah prinsip tersebut juga penting dihadirkan pada reportase tentang perjuangan yang melibatkan korban kekerasan seksual?. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan metode penelitian kualitatif, menggunakan teori dan teknik analisis wacana kritis model Theo Van Leeuwen, yaitu pendekatan aktor sosial untuk mengetahui bagaimana sebuah kelompok atau pihak ditampilkan atau disembunyikan. Hasil penelitian menunujukan, Project Multatuli dalam reportasenya menghadirkan Ibu Lydia sebagai aktor sosial yang berjuang untuk mendapatkan keadilan untuk ketiga anaknya yang merupakan korban kekerasan seksual. Pihak-pihak pelaku juga dihadirkan dengan ditampilkan dengan ciri fisik, anak kalimat, dan kategori pekerjaan secara tidak begitu gamblang atau abstrak. Terdapat aktor sosial yang dihilangkan yaitu pihak kepolisian yang dalam reportase ini ditulis medukung pelaku. Kehadiran aktor sosial yaitu Ibu Lydia bertujuan untuk menunjukan perjuangannya dalam memperoleh keadilan untuk anak-anaknya. Sedangkan, pihak pelaku ditampilkan dengan tujuan menunjukan bahwa kasus kekerasan seksual ini juga berkaitan dengan adanya ketidakadilan, ketimpangan, dominasi, dan relasi kuasa. Penghilangan salah satu aktor sosial ini menunjukan bahwa Project Multatuli berusaha untuk memfokuskan reportase pada pihak korban dengan tujuan agar kasus kekerasan seksual tersebut dibuka kembali oleh kepolisian dengan penanganan yang baik. Penelitian ini menemukan bahwa Project Multatuli menerapkan jurnalisme sensitif gender dengan menjadikan Ibu Lydia sebagai objek dalam pemberitaan untuk bercerita. Dalam pemberitaan tentang kekerasan seksual tidak ada urgensi untuk menampilkan pihak pelaku dalam reportase tersebut selama memperhatikan kode etik dan pedoman dalam penulisan tentang kekerasan seksual di media.
Kata kunci: Aktor sosial, Media alternatif, Project Multatuli, Kasus Pemerkosaan Luwu Timur. / This study aims to find out how social actors are written in the reportage about a mother's struggle in seeking justice for children written by Project Multatuli. The reportage attracted public attention that the police had reopened these cases, which were previously stopped in 2019. However, there was one party, namely the perpetrator who was the police with the contents of the report and sued the reportage as a good name. In journalistic writing in general, the parties presented in a report must be balanced. Are these principles also important to be presented in reporting on struggles involving victims of sexual violence? This study uses a critical paradigm with qualitative research methods, using theory and techniques of critical analysis model Theo Van Leeuwen, namely the approach of social actors to find out how a group or party is presented or. The results of the study show that Project Multatuli in its report presents Mrs. Lydia as a social actor who struggles to get justice for her three children who are victims of sexual violence. The actors are also presented with physical characteristics, clauses, and job categories that are not so obvious or abstract. There is a social actor that has been omitted, namely the police, which in this report it is written that the actors support it. The presence of a social actor, Mrs. Lydia, aims to show her struggle in obtaining justice for children. Meanwhile, the parties presented with the aim of showing that this sexual violence case is also related to injustice, treatment, and power relations. The disappearance of one of these social actors shows that Project Multatuli was handled to focus on the victim's report with the aim that the violent case was reopened by the police properly. This study finds that Project Multatuli applies gender sensitive journalism by making Mrs. Lydia the object of the news to tell stories. In reporting on sexual violence, there is no urgency to present the perpetrators in the report as long as they pay attention to the code of ethics and guidelines in writing about sexual violence in the media.
Keywords: Social actor, Alternative media, Project Multatuli, East Luwu Rape Case