DETAIL DOCUMENT
Perbedaan burnout ditinjau dari kegiatan pengaturan waktu kerja dan cuti karyawan (vacation rotation employee) pada karyawan PT. Freeport Indonesia (PTFI), Papua / Fanny Kartika Oktavianti
Total View This Week0
Institusion
Universitas Negeri Malang
Author
Oktavianti, Fanny Kartika
Subject
 
Datestamp
2009-09-09 03:00:25 
Abstract :
Stres yang dialami dalam jangka waktu lama intensitas cukup tinggi ditandai kelelahan fisik kelelahan emosional rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri mengakibatkan individu merasa terpisah dari lingkungannya (depersonalisasi) penurunan pencapaian prestasi keadaan ini disebut burnout. Pengaturan waktu kerja dan cuti karyawan adalah cara yang digunakan oleh perusahaan memperoleh manfaat kinerja karyawan terhadap perusahaan secara optimum. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui perbedaan burnout ditinjau dari pembagian waktu kerja dan cuti karyawan (2) Mengetahui perbedaan burnout ditinjau dari sosiodemografi (3) Mengetahui perbedaan burnout ditinjau dari unit kerja (4) Mengetahui perbedaan burnout antara waktu bekerja karyawan dengan cuti karyawan. PTFI telah mengantisipasi adanya burnout dengan pengaturan waktu kerja dan cuti karyawan yang dibagi 3 yaitu 6 bulan 6 minggu dan 1 minggu. Penelitian dilakukan pada departemen Central Services pada tanggal 3 November sampai 24 November 2007 dengan subjek penelitian 116 karyawan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan deskriptif komparatif dengan skala burnout yang disusun berdasarkan metode Rating yang Dijumlahkan dari Likert. Data dianalisis menggunakan dua teknik analisis deskriptif yaitu Uji-t dan Uji Anova dengan p0 05 (3) Terdapat perbedaan burnout ditinjau dari status pernikahan dengan t -2 332 p 0 021 0 05 (5) Tidak terdapat perbedaan burnout antara waktu bekerja karyawan dengan cuti karyawan dengan F 1 262 dengan p 0 290 0 05. Kesimpulan yang didapat adalah karyawan menikah jumlahnya lebih dominan daripada yang belum menikah dan lebih rentan mengalami burnout. Saran bagi karyawan yang sudah mengetahui tentang sindrom burnout ini hendaknya lebih memperhatikan kondisi jiwa sehingga jika mendapati stressor yang menimbulkan burnout dapat melakukan pencegahan bagi perusahaan memahami karyawannya dengan konseling. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan faktor eksternal (dukungan sosial kesempatan promosi) dan internal (locus of control self-esteem dll). Bagi ilmu psikologi hendaknya memperkaya teori-teori mengenai burnout dengan melakukan riset yang lebih mendalam. 

Institution Info

Universitas Negeri Malang