Abstract :
Rumah sakit secara kuantitas semakin meningkat, namun sepenuhnya
belum diikuti oleh kemajuan secara kualitas, khususnya pengelolaan sumber daya
manusia. Hal ini dapat dilihat masih adanya beberapa rumah sakit yang
memilikiturnover rateyang meningkat setiap tahun. Tingginya turnover
menyebabkan kebutuhanjumlah tenaga perawat di rumah sakit tidak terpenuhi.
Kekurangan tenaga yang terjadi selain diakibatkan oleh adanya beberapa
karyawan yang keluar atau mengundurkan diri, juga disebabkan oleh belum
sesuainya jumlah yang direkrut dengan kebutuhan tenaga perawat yang
seharusnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model intention to
stay tenaga perawat di rumah sakit. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan rancang bangun studi cross sectional, menggunakan metode survei.
Lokasi penelitian dilaksanakan pada pada 5 (lima) rumah sakit, 4 (empat) rumah
sakit swasta dan 1 (satu) rumah sakit milik pemerintah. Populasi adalah seluruh
tenaga perawat yang berstatus pegawai non permanen (harian lepas, honorer dan
kontrak) yang berjumlah 214 orang. Kriteria sampel yaitu tenaga perawat yang
terdaftar secara resmi di rumah sakit, dan bertugas di seluruh unit keperawatan.
Kriteria lainnya yaitu minimal bekerja selama 1 (satu) tahun di rumah sakit tempat
bekerja saat ini dan berumur dibawah 36 tahun. Besar sampel sebanyak 171
orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intention to stay dipengaruhi secara
langsung (?=0,174) dan tidak langsung (?=0,209) oleh identitas organisasi.
Intention to stay dipengaruhi secara langsung (?=0,206) dan tidak langsung
(?=0,232) oleh perceived internal respect, juga dipengaruhi secara langsung
(?=0,140) dan tidak langsung (?=0,091) oleh kepuasan kerja. Intention to
staysecara langsung dipengaruhi oleh komitmen organisasi dengan nilai koefisien
jalur paling besar (?=0,261), secara langsung (?=0,166) dipengaruhi oleh job
securitydan secara tidak langsung dipengaruhi oleh perceived external
prestige(?=0,217). Perceived internal respect memiliki pengaruh total terbesar
(?=0,438)terhadap intention to stay. Oleh karena itu, perceived internal respect
memiliki peranan paling penting terhadap intention to stay tenaga perawat.
Temuan baru dalam penelitian ini yaitu intention to stay perawat
ditentukan oleh perceived internal respect, komitmen organisasi serta identitas
organisasi, job security, kepuasan kerja dan perceived external prestige. Penelitian
ini juga menemukan bahwa perceived internal respect merupakan determinan
utama yang membuat perawat berniat untuk tetap bertahan bekerja di rumah sakit,
sedangkan penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa perceived external prestige
sebagai determinan utama yang membuat tetap bertahan bekerja. Penelitian ini
berbeda dengan penelitian Tyler dan Blader (2001) yang menjelaskan bahwa
perceived external prestige sebagai determinan utama terhadap intention to stay.
xii
Disimpulkan bahwa niat perawat untuk tetap bertahan di rumah sakit sangat
ditentukan oleh rasa penghormatan yang diberikan oleh rumah sakit (perceived
internal respect). Komitmen organisasi secara komprehensif dipengaruhi oleh
kepuasan kerja, perceived external prestige dan perceived internal respect.
Diharapkan model intention to stay yang dihasilkan dapat diterapkan
melalui upaya peningkatan perceived internal respect, komitmen organisasi, job
security, identitas organisasi, kepuasan kerja dan perceived external prestige.
Diiharapkan bahwa peningkatan perceived internal respect dapat dilakukan
melalui pemberian penghargaan terhadap seluruh kontribusi tenaga perawat non
permanen dalam bekerja. Upaya umpan balik atas kinerja maupun prestasi
yang telah mereka hasilkan juga penting dilakukan. Peningkatan komitmen
organisasi dapat dicapai melalui upaya menumbuhkan komitmen tenaga perawat
untuk memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan rumah sakit. Diharapkan
sejak awal memasuki rumah sakit, tenaga perawat diperkenalkan dengan visi,
misi, tujuan, sasaran, dan nilai yang dianut rumah sakit. Penjabaran visi, misi dan
tujuan organisasi (rumah sakit) harus jelas. Diharapkan komitmen organisasi ini
juga harus dimulai dari top manajemen. peningkatan job security dapat dicapai
melalui adanya kebijakan prosedur penetapan status pegawai, jaminan jenjang
karir, promosi dan sustainabilitas pekerjaan secara jelas bagi tenaga perawat non
permanen di rumah sakit. Diharapkan bahwa peningkatan identitas organisasi
dapat dicapai melalui diseminasi dan penjabaran nilai dan tujuan rumah sakit
secara jelas. Hal ini penting untuk meningkatkan kesamaan nilai dan tujuan antara
perawat dan rumah sakit. Peningkatan kepuasan kerja dapat dicapai melalui
pemenuhan harapan tenaga perawat khususnya tentang praktik keperawatan.
Diharapkan bahwa praktik keperawatan berjalan secara baik khususnya terkait
pada pemberian tugas, penyampaian instruksi, metode keperawatan, dan
perlakuan supervisor yang adil. Diharapkan bahwa peningkatan perceived