Abstract :
Berdasarkan data dari dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan 2022 bahwa capaian ODF di Sulawesi Selatan telah mencapai
98.8%. Untuk Kabupaten Takalar sendiri telah mencapai 100% ODF tetapi
kenyataan di lapangan masih ada yang berperilaku BABS. Health Belief
Model merupakan keyakinan individu tentang sebuah penyakit yang
mendorong individu untuk bertindak atau tidak bertindak sehat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan teori health belief model
dengan perilaku BABS pada masyarakat di Dusun Lakatong Pulau dan
Dusun Matteke Kabupaten Takalar Tahun 2024.
Jenis penelitian dari penelitian ini ada kuantitatif, memakai desain
cross sectional, dengan teknik pengambilan sampel probability sampling
dengan pendekatan simple random sampling, jumlah responden pada
penelitain adalah 161 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan sistem
undi yaitu dengan melihat daftar nama yang diberikan pemerintah
setempat. Metode analisis data dengan uji bivariat dan uji korelasi ChiSquare.
Hasil penelitian menunjukkan variabel perceived susceptibility
berhubungan dengan perilaku BABS hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan
positif paling banyak menjawab sangat setuju sebanyak 82.0% hal ini
berarti masyarakat sepakat bahwa setiap keluarga yang BAB pada
tempatnya dan mempunyai jamban akan rentan terkena diare. Dengan hasil
analisa uji chi-square menunjukkan P Value = 0.000 yang berarti
mempunyai hubungan.
Variabel perceived severity berhubungan dengan perilaku BABS hal
ini ditunjukkan dengan pertanyaan positif paling banyak 72.7% hal ini
dikarenakan masyarakat menyadari bahwa buang air di sungai merupakan
perilaku yang salah, buang air besar di sungai juga akan membuat
lingkungan sekitar tercemar dan tercampur dengan kotoran manusia yang
terdapat banyak kumatn penyebab penyakit di dalamnya. Dengan hasil
analisa uji chi-square menunjukkan P Value = 0.000 yang berarti
mempunyai hubungan. Variabel perceived benefit berhubungan dengan perilaku BABS hal
ini ditunujukkan dengan pertanyaan positif paling banyak 89.4% hal ini
dikarenakan responden sepakat bahwa manfaat buang air pada tempatnya
sangat banyak selain untuk diri sendiri juga akan berdampak pada
lingkungan sekitar. Dengan hasil analisa uji chi-square menunjukkan P
Value = 0.000 yang berarti mempunyai hubungan.
Variabel perceived barrier berhubungan dengan perilaku BABS hal
ini dikarenakan beberapa masyarakat masih merasa terhambat untuk
melakukan buang air besar di jamban karena beberapa faktor yaitu
kebiasaan sedari kecil, kedua faktor ekonomi, dan ketiga faktor
keterbatasan lahan. Dengan hasil analisa uji chi-square menunjukkan P
Value = 0.000 yang berarti mempunyai hubungan.
Variabel cues to action berhubungan dengan perilaku BABS,
masyarakat telah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah setempat
mengenai bahanya jika masih melakukan aktivitas buang air besar di sungai
atau di tempat terbuka lainnya. Dengan hasil analisa uji chi-square
menunjukkan P Value = 0.000 yang berarti mempunyai hubungan.
Variabel Self Efficacy berhubungan dengan perilaku BABS,
masyarakat telah meyakini bahwa menerapkan buang air besar di jamban
maka lingkungan nya akanlebih bersih. Dengan hasil analisa uji chi-square
menunjukkan P Value = 0.000 yang berarti mempunyai hubungan.
Kesimpulan dari penelitian ini semua variabel terdapat hubungan
dengan perilaku BABS. Saran dari penelitian ini adalah pihak pemerintah
terkait diharapkan memberikan edukasi mengenai buang air besar di
jamban, menjaga kebersihan jamban agar masyarakat tidak kembali
berperilaku BABS dan tercipta desa yang 100% ODF, serta menciptakan
lingkungan yang lebih bersih dan sehat.