Abstract :
Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dalam darah tidak mencukupi untuk kebutuhan
tubuh. Ini umum terjadi pada wanita usia subur karena menstruasi bulanan
yang berulang. Kekurangan zat besi dapat menurunkan daya tahan tubuh
dan produktivitas. Prevalensi anemia di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia, masih tinggi. Kadar hemoglobin yang rendah dapat
mengganggu fungsi sel dan berdampak pada konsentrasi serta prestasi
belajar. Pengetahuan, persepsi, dan faktor modifikasi seperti etnis, sosioekonomi,
dan pengetahuan memengaruhi perilaku konsumsi zat besi
tambahan (TTD) sebagai upaya pencegahan anemia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi remaja
putri dalam mengonsumsi tablet tambah darah di Pesantren Putri Yatama
Mandiri. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder dengan jumlah
informan sebanyak 8 orang. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Aadapun variabel yang di gunakan yaitu: (1) Perilaku Mengonsumsi
Tamblet Tambah Darah (2) Presepsi Kerentanan (3)Presepsi Keseriusan
(4)Presepsi Ancaman (5) Presepsi Manfaat (6) Presepsi Kendala (7) Seft
Efficacy (8) Cues To Action. Analisis data berupa data reduksi, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan Hasil temuan dari penelitian mengenai
persepsi remaja putri terhadap anemia di Pesantren Putri Yatama Mandiri
Kabupaten Gowa menunjukkan gambaran yang cukup variatif. Mayoritas
remaja putri telah memperoleh pemahaman yang baik tentang penggunaan
tablet tambah darah dan kesadaran akan pentingnya mengikuti aturan yang
telah ditetapkan terkait penggunaannya. Mereka mengakui bahwa
pengetahuan ini diperoleh dari petugas puskesmas atau pihak sekolah yang
memberikan instruksi terperinci. Meskipun demikian, masih ada sebagian remaja putri yang kurang
konsisten dalam mengikuti aturan minum tablet tambah darah. Beberapa di
antara mereka mengaku kadang-kadang lupa atau tidak mematuhi aturan
yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemahaman
tentang penggunaan tablet tambah darah cukup baik, masih diperlukan
upaya lebih lanjut untuk meningkatkan konsistensi dalam penggunaannya.
Sementara itu, dalam hal persepsi kerentanan terhadap anemia,
terdapat variasi dalam pemahaman di antara remaja putri yang menjadi
subjek penelitian. Hal ini mengindikasikan perlunya edukasi lebih lanjut
mengenai anemia, termasuk gejalanya, pentingnya deteksi dini, dan
perawatan yang tepat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
anemia, diharapkan remaja putri dapat lebih proaktif dalam menjaga
kesehatan mereka dan mengatasi masalah anemia dengan lebih efektif.