Institusion
Universitas Airlangga
Author
Hastuty, Dian, NIM. 050312760
Subject
RC31-1245 Internal medicine
Datestamp
2016-08-03 09:14:50
Abstract :
Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan dunia dan menyebabkan kematian sebesar 2,5 juta orang setiap tahunnya dan 1 juta diantaranya adalah anak-anak. Usaha pemberantasan penyakit malaria melalui insektisida dan penggunaan obat antimalaria belum berhasil karena timbul masalah nyamuk vektor malaria yang resisten terhadap insektisida dan parasit malaria plasmodium yang resisten terhadap antimalaria klorokuin. Usaha-usaha untuk menemukan obat antimalaria baru dari bahan alam terus dilakukan secara intensif oleh beberapa peneliti di dunia pada dasawarasa terakhir ini yang didasarkan pada penemuan alkaloid alami kuinin dan artemisin sebagai senyawa antimalaria.
Di Indonesia tanaman cempedak (A.champeden Spreng.) secara tradisional digunakan sebagai obat antimalaria. Dari penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa kulit batang cempedak mengandung senyawa utama golongan flavonoid yang diketahui memiliki efek antimalaria. Uji aktivitas antimalaria in vivo terhadap P.berghei ekstrak diklorometana kulit batang cempedak dengan rute per oral, diperoleh ED50 1,40 mg/KgBB. Dari hasil uji aktivitas antimalaria in vitro terhadap P. falcifarum ekstrak diklorometana dan ekstrak metanol, diperoleh IC50 masing-masing sebesar 0,99 µg/mL dan 4,57 µg/mL, yang menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana lebih poten daripada ekstrak metanol. Uji aktivitas antimalaria in vivo terhadap P. berghei fraksi aktif (FII) diklorometana, diperoleh ED50 sebesar 0,018 mg/KgBB.
Berdasarkan penelitian di atas, maka dilakukan pemisahan terhadap fraksi aktif (FII) ekstrak diklorometana serbuk kulit batang cempedak menggunakan metode kromatografi kolom. Sebagai fase diam digunakan silica gel for column dan fase gerak berturut-turut CHC13: etil asetat (9:1), CHC13: etil asetat (1:1), etil asetat, etil asetat: metanol (1:1) dan metanol. Hasil pemisahan ini menghasilkan 7 subfraksi utama (FII.1-FII.7) yang kemudian dilakukan Uji aktivitas antimalaria terhadap P.berghei in vivo dengan dosis 10 mg/KgBB untuk menentukan subfraksi aktif. Subfraksi FII.3 yang memiliki hambatan paling kuat (subfraksi aktif) kemudian dilakukan penentuan ED50 menggunakan 5 macam dosis yaitu 100; 10; l; 0,1 dan 0,01 mg/KgBB pada mencit yang terinfeksi P. berghei. Nilai ED50 dihitung menggunakan analisis probit dan nilai ED50 subfraksi FII.3 diperoleh sebesar 0,017 mg/KgBB. Efek antimalaria tersebut dapat disebabkan adanya senyawa flavonoid yang positif pada uji KLT.