Institusion
Universitas Airlangga
Author
Alfiasari, Nevi Rahmi, NIM. 050312686
Subject
RC0254 Neoplasms. Tumors. Oncology (including Cancer)
Datestamp
2017-06-05 20:46:02
Abstract :
Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit keganasan pada laki-laki dan perempuan. Kanker Paru dibagi menjadi NSCLC (squamous cell, adenocarcinoma, undifferentiated carcinoma) dan SCLC. Pengobatan kanker paru dapat bertujuan kuratif atau paliatif tergantung dari stadium kanker itu, yaitu melalui operasi, radiasi, kemoterapi atau kombinasi cara¬-cara tersebut. Pada penderita kanker paru stadium lanjut, terutama yang telah mengalami metastase, pada umumnya lebih diutamakan pengobatan menggunakan agen kemoterapi, untuk mengurangi gejala dan memperpanjang lama hidup pasien. Pada penggunaan kemoterapi perlu diperhatikan akibat efek samping yang ditimbulkan pada organ atau sistem tubuh, antara lain kerontokan rambut, mual muntah dan mielosupresi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan kemoterapi pada pasien kanker paru, efek samping kemoterapi dan terapi yang diberikan dan kemungkinan adanya masalah terkait obat. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data DMK pasien yang diambil pada 1 Januari s.d 31 Desember 2006.
Didapat jumiah data 51 pasien dengan distribusi 40 pasien laki-laki (78
perempuan 11 pasien (22 %), distribusi usia 51-60 tahun 19 pasien (37 %), 41-50 tahun 15 pasien (29 %), 61-70 tahun 12 pasien (24 %), usia > 70 tahun 3 pasien (6 %) dan <40 tahun 2 pasien (4 %). Faktor risiko terbesar adalah rokok, sebanyak 37 pasien (73 %) dan 14 pasien (27 %) tidak diketahui.
Berdasarkan tipe kanker paru, adenocarcinoma memiliki prevalensi tertinggi (49 %), sedangkan berdasarkan stadium, terbanyak adalah stadium IIIb (62 %). Kemoterapi terbanyak digunakan adalah Carboplatin-Paclitaxel (65 %), kemudian Etoposide-Cisplatin (25 %).
Terapi intuk mencegah efek samping kemoterapi telah diberikan kepada seluruh pasien yaitu menggunakan metoclopramide atau ondansetron sebagai antiemetik; kortikosteroid (dexamethasone) dan antihistamin (difenhidrainin atau feniramin maleat) untuk mencegah reaksi alergi. Terapi lain yang diterima pasien berdasarkan gejala dan komplikasi yang menyertai. Penatalaksanaan kemoterapi yang diterima oleh pasien sudah sesuai dengan pedoman RSU. Dr. Soetomo Surabaya
Dari penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :(1) Mengingat kemoterapi diperlukan waktu lama (4-6 siklus) perlu dilakukan konseling oleh farmasis kepada pasien agar melakukan kemoterapi secara kontinu untuk mendapatkan hasil optimal (2) Sifat bahan obat kemoterapi yang toksik sehingga dibutuhkan peran farmasis klinik untuk penyediaan dan pencampuran obat (3) Farmasis berperan aktif monitoring efek terapi dan efek samping obat serta memberikan informasi dan edukasi terkait obat pada pasien