Analisa Efek Regional Scalp Block Dengan Ropivacain 0,5% Prainsisi Terhadap Perubahan Nilai Superoksid Dismutase Pra Dan Pascakraniotomi
Total View This Week0
Total View This Week0
Institusion
Universitas Airlangga
Author
R. Muhammad Aviv Pasa
Subject
Q Science
Datestamp
2023-11-23 07:22:42
Abstract :
Latar belakang: Pembedahan akan merangsang respon inflamasi yang merupakan salah satu faktor eksogen yang dapat menyebabkan pembentukan ROS. ROS memiliki efek paling merusak pada tiga komponen penting sel, yaitu membran lipid, DNA dan protein. sehingga dapat terjadi kerusakan membran sel, edema sel sampai dengan kerusakan sel dan vaskular, penyimpangan kromosom sampai dengan memicu terjadinya kanker. Salah satu antioksidan yang mencegah pembentukan ROS adalah SOD. SOD dalam tubuh akan meningkat jika ROS meningkat. Penggunaan analgesia preemptif dengan RSB sebelum insisi operasi kraniotomi diharapkan dapat mencegah munculnya respon inflamasi dan mencegah sensitisasi yang bisa mencetuskan timbulnya ROS. Tujuan: Membuktikan respon pemberian anestesi umum yang dikombinasikan dengan RSB prainsisi menggunakan ropivacain 0.5% dibandingkan dengan anestesi umum saja terhadap penurunan ROS yang dievaluasi dari perubahan nilai SOD dalam darah pasien pascakraniotomi. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental sejati. Terdapat dua kelompok perlakuan, diberikan kode khusus yang tidak diketahui oleh pasien. Pasien usia 18-64 tahun dengan GCS 15 dan ASA 1-3 yang menjalani operasi kraniotomi di Gedung Bedah Sentral RSAL Dr. Ramelan. Hasil: Nilai rerata SOD pascaoperasi pada kelompok RSB bermakna secara statistik (p<0.05) lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok non RSB. Akan tetapi nilai SOD tidak bermakna secara statistik antara preoperatif dan pascaoperasi dari masing-masing kelompok perlakuan. Kesimpulan: Operasi kraniotomi menyebabkan stres pembedahan/ anestesi yang meningkatkan respons pro-oksidatif. Penggunaan anestesi umum yang dikombinasikan dengan RSB tidak terbukti mencegah terjadinya ROS selama operasi.
Latar belakang: Pembedahan akan merangsang respon inflamasi yang merupakan salah satu faktor eksogen yang dapat menyebabkan pembentukan ROS. ROS memiliki efek paling merusak pada tiga komponen penting sel, yaitu membran lipid, DNA dan protein. sehingga dapat terjadi kerusakan membran sel, edema sel sampai dengan kerusakan sel dan vaskular, penyimpangan kromosom sampai dengan memicu terjadinya kanker. Salah satu antioksidan yang mencegah pembentukan ROS adalah SOD. SOD dalam tubuh akan meningkat jika ROS meningkat. Penggunaan analgesia preemptif dengan RSB sebelum insisi operasi kraniotomi diharapkan dapat mencegah munculnya respon inflamasi dan mencegah sensitisasi yang bisa mencetuskan timbulnya ROS. Tujuan: Membuktikan respon pemberian anestesi umum yang dikombinasikan dengan RSB prainsisi menggunakan ropivacain 0.5% dibandingkan dengan anestesi umum saja terhadap penurunan ROS yang dievaluasi dari perubahan nilai SOD dalam darah pasien pascakraniotomi. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental sejati. Terdapat dua kelompok perlakuan, diberikan kode khusus yang tidak diketahui oleh pasien. Pasien usia 18-64 tahun dengan GCS 15 dan ASA 1-3 yang menjalani operasi kraniotomi di Gedung Bedah Sentral RSAL Dr. Ramelan. Hasil: Nilai rerata SOD pascaoperasi pada kelompok RSB bermakna secara statistik (p<0.05) lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok non RSB. Akan tetapi nilai SOD tidak bermakna secara statistik antara preoperatif dan pascaoperasi dari masing-masing kelompok perlakuan. Kesimpulan: Operasi kraniotomi menyebabkan stres pembedahan/ anestesi yang meningkatkan respons pro-oksidatif. Penggunaan anestesi umum yang dikombinasikan dengan RSB tidak terbukti mencegah terjadinya ROS selama operasi.
Download
book
BibTex
Latex, Jabref
cloud_download
Original Resource
url resource Institution
