DETAIL DOCUMENT
PENAPISAN FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTI MALARIA IN VITRO DENGAN METODE PENGUKURAN HRP II PADA TANAMAN INDONESIA (Tanaman Mitrepora polypyrena, Garuga floribunda, Ochrosia akkeringae, Tabernaemontana pandacaqui, dan Diospyros javanica)
Total View This Week0
Institusion
Universitas Airlangga
Author
ARANNYA PUSPITA DEVI, 050911024
Subject
RS1-441 Pharmacy and materia medica 
Datestamp
2017-07-19 18:02:27 
Abstract :
Malaria adalah penyakit infeksi yang mengancam lebih dari sepertiga populasi dunia (National Institute of Allergy and Infectious Diseases, 2007). Pada tahun 2010, diperkirakan terdapat 216 juta kasus malaria dan 655 ribu kematian akibat malaria di seluruh dunia, yang 91% di antaranya disebabkan oleh Plasmodium falciparum (World Health Organization, 2011). Namun, obat antimalaria sebagian besar telah membentuk mekanisme resistensi (White, 2004). Prevalensi dari resistensi obat antimalaria merupakan dasar dari usaha penelitian untuk mencari obat antimalaria baru (Gelb, 2007). Beberapa penelitian terkait senyawa antimalaria yang berasal dari bahan alam telah dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir (Saxena et al., 2003). Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur dikenal merupakan tempat yang tepat untuk eksplorasi tanaman obat baru, tak terkecuali untuk penelitian antimalaria. Dari hasil eksplorasi didapatkan beberapa tanaman, yang lima diantaranya adalah Mitrephora polypyrena (Bl.) Miq. (Annonaceae), Garuga floribunda Decne (Burseraceae), Ochrosia akkeringae (T.&B.) Miq. (Apocynaceae), Tabernaemontana pandacaqui (Poir.) (Apocynaceae), dan Diospyros javanica Bakh. (Ebenaceae). Berdasarkan pendekatan ilmu kemotaksonomi, dilakukan penelitian untuk menguji aktivitas antimalaria lima tanaman hasil eksplorasi dari Alas Purwo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan golongan senyawa kimia dan aktivitas anti malaria dari ekstrak etanol 80%. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya golongan senyawa alkaloid, terpenoid, polifenol, flavonoid, dan antrakuinon dalam ekstrak. Dari hasil penapisan fitokimia, diketahui bahwa seluruh ekstrak mengandung terpenoid, sebagian besar mengandung flavonoid dan antrakuinon, serta beberapa mengandung alkaloid dan polifenol. Penapisan aktivitas antimalaria dilakukan secara in vitro menggunakan parasit Plasmodium alciparum strain 3D7 yang sensitif klorokuin sebagai bahan uji dengan metode pengukuran HRP II (Malaria Ag CELISA Cellabs. Ltd., Australia) dengan konsentrasi ekstrak rata-rata 1000 ?g/mL. Hasil penapisan aktivitas didapati bahwa %hambatan pertumbuhan ekstrak daun Garuga floribunda (86,2% ± 0,8%) > ekstrak batang Garuga floribunda (67,6% ± 5,2%) > ekstrak daun Mitrephora polypyrena (58,5% ± 0,4%) > ekstrak batang Diospyros javanica (51,3% ±0,8%) > ekstrak daun Diospyros javanica (50,8% ± 12,9%) > ekstrak daun Tabernaemontana pandacaqui (38,6% ± 5,6%) > ekstrak batang Tabernaemontana pandacaqui (37,6% ± 4,0%) > ekstrak daun Ochrosia akkeringae (26,0% ± 1,7%) > ekstrak batang Mitrephora polypyrena (17,1% ± 10,4%) > ekstrak batang Ochrosia akkeringae (14,8% ± 3,7%). Ekstrak daun Garuga floribunda menghasilkan hambatan tertinggi dengan nilai %hambatan 86,2% ± 0,8%. Penelitian dilanjutkan untuk mengetahui nilai IC50 ekstrak daun Garuga floribunda pada rentang konsentrasi 14,84 ?g/mL hingga 950 ?g/mL. Nilai IC50 dari ekstrak tersebut < 14,84 ?g/mL, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun Garuga floribunda aktif sebagai antimalaria. Kandungan kimia yang tinggi dari ekstrak daun Garuga floribunda dari berbagai golongan, meliputi terpenoid, polifenol, flavonoid, dan antrakuinon diduga berperan emberikan aktivitas antimalaria. 
Institution Info

Universitas Airlangga