DETAIL DOCUMENT
Pengaruh Pemberian Astaxanthin Terhadap Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Deksametason
Total View This Week8
Institusion
Universitas Airlangga
Author
Puja Hayu Pangastuti
Subject
SF600-1100 Veterinary medicine 
Datestamp
2021-06-11 03:32:42 
Abstract :
Deksametason merupakan obat golongan kortikosteroid yang berfungsi sebagai antiiflamasi. Penggunaan deksametason jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada hepar. Deksametason dapat memicu terbentuknya banyak reactive oxygen species (ROS) dan menekan kinerja antioksidan endogen. Hepar sangat rentan terhadap peningkatan level reactive oxygen species (ROS) serta pro-oksidan dikarenakan fungsinya sebagai pusat detoksifikasi dan sintesis substansi esensial. Ketidakseimbangan antara jumlah pro-oksidan serta antioksidan dalam tubuh menyebabkan timbul keadaan yang disebut sebagai stres oksidatif. Stres oksidatif tidak mampu diatasi oleh antioksidan endogen sehingga butuh bantuan antioksidan eksogen seperti Astaxanthin. Astaxanthin merupakan karotenoid xanthophyll yang memiliki potensi sebagai peredam oksigen tunggal, anion superoksida, serta radikal hidroksil dengan berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan Astaxanthin lebih tinggi dari antioksidan lain, kapasitas pengambilan ROS oleh Astaxanthin lebih baik dari vitamin C, koenzim Q10, vitamin E, polifenol, antosianin, serta α-Lipoic acid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Astaxanthin terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Deksametason. Penelitian ini menggunakan rancangan post test only control group design. Tikus putih yang digunakan sebanyak 25 ekor yang berumur 4 bulan dengan bobot badan 130-150 gram. Tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan pembagian kelompok berupa K- (tidak diberi perlakuan), K+ (diberi Deksametason dengan dosis 0,75 mg/ekor), P1 (diberi Deksametason dosis 0,75 mg/ekor dan Astaxanthin 2 mg), P2 (diberi Deksametason dosis 0,75 mg/ekor dan Astaxanthin 6 mg), serta P3 (diberi Deksametason dosis 0,75 mg/ekor dan Astaxanthin 12 mg) perlakuan diberikan selama 10 hari. Hari ke 11 dilakukan nekropsi terhadap tikus dan dikoleksi organ heparnya. Jaringan hepar kemudian diproses menjadi sediaan histopatologis yang kemudian diamati menggunakan mikroskop trinokuler (Nikon Eclipse E200) untuk diamati gambaran histopatologisnya. Hasil analisis data penelitian melalui uji Kruskall-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan antar kelompok perlakuan ditandai dengan nilai signifikansi 0,003 (p<0,05). Data hasil penelitian kemudian diuji lanjutan dengan uji Mann-Whitney. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pemberian Astaxanthin dengan dosis 12 mg per hari berpengaruh dalam perbaikan struktur histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Deksametason. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti selanjutamya disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan melihat hasil SGPT dan SGOT pada hepar serta perlu penelitian pada dosis 24 dan 48 mg untuk mengetahui batas dosis maksimal yang berpengaruh. 
Institution Info

Universitas Airlangga