Institusion
Universitas Hasanuddin
Author
Irma Nurfadilla Tuany (STUDENT ID : N11116337)
Andi Dian Permana, S.Si., M.Si., Apt, Ph.D. (LECTURER ID : 0005028901)
Achmad Himawan , S.Si., M.Si., Apt. (LECTURER ID : 0007128901)
Subject
RS Pharmacy and materia medica
Datestamp
2021-02-12 07:06:55
Abstract :
Keratitis bakteri merupakan penyakit pada kornea yang disebabkan salah satunya oleh Pseudomonas aeruginosa. Cefazolin adalah antibiotik topikal yang digunakan untuk menangani penyakit ini dalam bentuk sediaan tetes mata. Namun waktu retensi obat dalam sediaan tetes mata sangatlah singkat. Oleh karena itu, dikembangkan sistem pembentuk gel in situ untuk mengatasi masalah tersebut. Polimer yang biasa digunakan pada sistem pembentukan gel in situ termosensitif pada mata adalah Poloxamer F127. Namun formulasi gel in situ menggunakan Poloxamer F127 tunggal memiliki suhu gelasi yang lebih rendah dibandingkan suhu fisiologis mata. Oleh karena itu, penggunaan Poloxamer F127 dikombinasikan dengan jenis Poloxamer lainnya, salah satunya adalah Poloxamer F88. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi pengaruh perbandingan konsentrasi Poloxamer F127 dan F88 terhadap karakteristik dan pelepasan cefazoline dari sediaan gel in situ thermosensitive. Formula termosensitif dibuat dengan menggunakan kombinasi Poloxamer F127 dan F88 dibuat dengan 5 perbandingan konsentrasi yaitu F1 (0%:20%), F2 (5%:15%), F3 (10%:10%), F4 (15%:5%), dan F5 (20%:0%). Evaluasi yang dilakukan meliputi suhu gelasi, pH, viskositas, uji permeasi, serta retensi kornea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sterilisasi tidak mempengaruhi suhu gelasi, pH, maupun viskositas sediaan. Dari hasil evaluasi diperoleh suhu gelasi 25-72oC, pH 4,51-4,75, viskositas sebelum gelasi 106-221 cPs, viskositas sesudah gelasi 18.400-31.200 cPs, persen permeasi setelah 24 jam 37-97%, serta persen retensi sebesar 0-22%. Berdasarkan analisis statistika, perbandingan konsentrasi Poloxamer menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap suhu gelasi. Selanjutnya diperoleh hasil bahwa F4 adalah formula terbaik yang memiliki suhu gelasi yang sesuai dengan suhu fisiologis mata yang berkisar antara 33-35oC, mampu mengontrol pelepasan cefazolin sebesar 52,48% setelah 24 jam dan memiliki retensi paling baik pada mata yaitu sebesar 22,03% setelah 24 jam secara in vitro.