Institusion
Universitas Bengkulu
Author
Putra, Dian Fariza
Sri , Warsono
Subject
H Social Sciences (General)
Datestamp
2014-12-11 08:54:00
Abstract :
Usaha Bengkel Teralis Pranata merupakan salah satu usaha yang bergerak mengelolah bahan baku besi menjadi produk jadi berupa pagar besi, Teralis jendela, Teralis pintu dan lain sebagainya yang terbuat dari besi sesuai pesanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya selisih biaya produksi standar dan biaya produksi sesungguhnya, mengetahui apa penyebab terjadinya selisih biaya produksi dan apa kerugian atau keuntungan yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan selisih biaya yang terjadi serta untuk pengendalian biaya. Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula. Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan direncanakan sebelumnya (Hansen dan Mowen, 2006). Menurut Rony (1990), pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode dan langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat mengendalikan biaya produksi agar berjalan secara efisien. Menurut Kuswadi (2005), penentuan biaya standar dilakukan untuk mencapai produktivitas yang maksimum dengan biaya serendah-rendahnya. Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Metode analisis kuantitatif yaitu metode analisis yang menggunakan angka-angka dengan cara membandingkan antara realisasi biaya dengan biaya yang dianggarkan perusahaan. Dalam hal ini menggunakan rumus (Mulyadi, 1992:419) penentuan biaya standar, perhitungan selisih, dan selisih biaya overhead. Dari analisis data yang menggunakan analisis selisih biaya produksi, diketahui pada Minggu I terjadi selisih efisiensi (menguntungkan) yaitu biaya bahan baku sebesar Rp. 426.500,- biaya tenaga kerja sebesar Rp. 0,- dan biaya overhead pabrik sebesar Rp. 209.406,8. Minggu II terjadi selisih efisiensi (menguntungkan) pada biaya bahan baku sebesar Rp. 668.500,- biaya tenaga kerja sebesar Rp.0,- dan biaya overhead pabrik sebesar Rp. 180.810,1. Serta pada Minggu III juga terjadi selisih inefisiensi atau terjadi pembengkakkan harga (bisa menyebabkan kerugian) pada biaya bahan baku sebesar Rp. 456.000,- sedangkan
pada biaya tenaga kerja Rp. 0,- dan pada biaya overhead pabrik terjadi selisih efisiensi (menguntungkan) sebesar Rp. 87.412,5. Hendaknya dalam mengatasi terjadinya kenaikan harga bahan baku, perusahaan dapat mengadakan pembelian bahan baku sebagai stok (persediaan) yang ekonomis. Karena kesulitan perusahaan adalah dana yang tersedia untuk melakukan pembelian, maka salah satu cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan adalah memilih suplayer (depot bangunan) yang tetap atau berlangganan sehingga dapat melakukan kerja sama dengan depot bangunan tersebut untuk mendapatkan tenggang waktu pembayaran bahan baku yang dibayar dikemudian hari setelah produk selesai di buat, tentu saja perusahaan harus melakukan pembayaran tepat waktu sesuai perjanjian. Dengan adanya persediaan tersebut, perusahaan akan lebih siap apabila terjadinya kenaikan harga, sehingga penetapan untuk menaikan harga jual 1 unit bisa diperhitungkan jauh hari dan perusahaan tidak perlu kehilangan pelanggan yang disebabkan naiknya harga jual produk tiba-tiba.