Abstract :
Kurangnya tingkat pemahaman para konsumen, khususnya anak-anak sekolah, dalam
hal pentingnya menjaga keamanan pangan menjadi faktor penyebab terjadinya kasus
keracunan pangan. Terlebih lagi, mutu dan keamanan makanan yang dijual di
lingkungan sekolah masih luput dari pembinaan dan pengawasan pihak – pihak yang
berwenang. Dengan demikian, anak – anak usia sekolah harus memiliki pengetahuan
keamanan pangan yang cukup sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dengan
tepat serta lebih selektif dalam menentukan makanan yang aman untuk dikonsumsi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan praktek
keamanan pangan siswa siswi SD, SMP, dan SMA Kebon Dalem, Semarang. Sampel
responden yang digunakan adalah 270 siswa yang terdiri atas 90 siswa dari masing –
masing tingkat pendidikan. Penelitian ini diawali dengan observasi pendahuluan, di
mana kuesioner diujikan pada sebagian kecil dari responden. Berdasarkan hasil uji
tersebut, kuesioner diperbaiki dan selanjutnya dilakukan observasi utama dengan
pengisian kuesioner oleh responden. Kuesioner tersebut meliputi pertanyaan tentang
identitas responden, informasi dasar, pengetahuan keamanan pangan, serta pengetahuan
dan pemahaman terhadap tanggal kadaluarsa. Data mengenai praktek keamanan pangan
diperoleh dengan adanya simulasi praktek mencuci tangan dan wawancara terkait
dengan kebiasaan mencuci tangan dan perilaku jajan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan keamanan pangan akan
meningkat, namun perbedaan yang signifikan (p<0,05) hanya terlihat antara
pengetahuan keamanan pangan siswa SD dan SMP dengan siswa SMA. Pengetahuan
keamanan pangan yang salah pada sebagian besar responden adalah mengenai cara
mengindentifikasi suatu bahan pangan masih aman dikonsumsi atau tidak serta terkait
masih adanya pertumbuhan mikroba pada makanan yang disimpan di dalam kulkas.
Secara keseluruhan, tingkat pendidikan, kelas, dan usia memiliki hubungan yang positif
dengan tingkat pengetahuan keamanan pangan. Pengetahuan keamanan pangan yang
baik tidak selalu diikuti dengan praktek keamanan pangan yang baik pula. Semakin
tinggi tingkat pendidikan, pemahaman responden terhadap tanggal kadaluarsa semakin
baik, tetapi frekuensi pengecekan tanggal kadaluarsa justru semakin rendah. Dalam hal
higienitas, pengetahuan siswa – siswi Kebon Dalem sudah baik. Sebagian besar dari
mereka telah melakukan praktek mencuci tangan dengan benar serta mempunyai
kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Untuk perilaku jajan, frekuensi
jajan akan meningkat dan jenis serta tempat jajan akan kian bervariasi seiring dengan
tingkat pendidikan responden.