Abstract :
PAULUS A. LALISUK. Nilai Kecernaan In Vitro Silase Dengan Bahan Dasar
Limbah Daun Ubi Kayu Dengan Penggunaan Tepung Porang (Amorphophallus
mualleri) Sebagai Aditif Pada Level Yang Berbeda. Dibimbing oleh Dr. Paulus K.
Tahuk, S.Pt., M.P dan Gerson Frans Bira, S.Pt., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penggunaan Tepung
Porang (Amorphophallus mualleri) Sebagai Aditif Pada Level Yang Berbeda
terhadap kecernaan in vitro. Penelitian ini telah dilaksanakan di Fakultas Pertanian
Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan uji analisis
Laboratorium di Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
berlangsung selama 85 hari, terhitung bulan Desember 2020 sampai Januari 2021.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Pola
Searah terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah P0
(pakan kontrol tanpa aditif porang), P1 (aditif porang 10% dalam pakan), P2 (aditif
porang 20% dalam pakan), dan P3 (aditif porang 30% dalam pakan). Variabel yang
diamati dalam penelitianini adalah Kecernaan Bahan Kering (KCBK), Kecernaan
Bahan Organik (KCBO), serta Produksi Asam Lemak Volatil (VFA). Data yang
diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Anova). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian tepung porang sebagai bahan aditif dalam pembuatan silase daun
ubi kayu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai Kecernaan bahan kering
masing-masing perlakuan adalah P0 : 38.04±1.25; P1 : 37.44±0.69; P2 : 36.96±0.54;
dan P3 : 34,13±1.87%. Kecernaan bahan organik berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap perlakuan. Kecernaan bahan organik masing-masing perlakuan adalah P0 :
32,51±0.85; P1 : 32.07±0.90; P2 : 32.22±0.35 dan P3 : 29.58±1.55%. Produksi Asam
Lemak Volatil berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap perlakuan. Produksi asam
lemak volatile masing-masing perlakuan adalah P0 : 73.55±10.2; P1 : 74.41±6.24; P2
: 61.27±8.09 dan P3 : 59.35±6.17%. Disimpulkan bahwa semakin tinggi level
penggunaan tepung porang (10%, 20%, 30%) sebagai aditif dalam ransum,
memberikan efek dalam menurunkan kecernaan bahan kering, bahan organik
sedangkan untuk produksi VFA masih normal pada penggunaan 10%.