Abstract :
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan penyakit potensial KLB yang dapat menimbulkan kematian, terutama pada usia di bawah 5 tahun. UNICEF menyatakan bahwa diare pada anak menempati peringkat ke dua diseluruh dunia dengan angka kematian tertinggi (9%). Diare merupakan kasus rawat inap tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia urutan pertama dari sepuluh kasus penyakit berbahaya lainnya. Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada tahun 2015 - 2016 diare menempati peringkat ke lima dengan jumlah 549 pasien. Tatalaksana yang tidak tepat menjadi penyebab utama kematian diare anak, dalam hal ini diperlukan tatalaksana yang cepat dan tepat. Penanganannya menggunakan terapi standar dengan atau tanpa probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan lama rawat inap dengan terapi tersebut di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian ini diambil dari catatan medik rawat inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode Januari - Desember 2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, analisa data menggunakan uji Man Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 102 sampel (75 terapi standar dengan probiotik dan 27 terapi standar) diperoleh dari lama rawat inap pasien menggunakan terapi standar dengan probiotik adalah 3.93 ± 0.94 hari, dan terapi standar tanpa probiotik adalah 5.14 ± 1.29 hari.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan lama rawat inap antara pemberian terapi standar dengan probiotik dan terapi standar tanpa probiotik terhadap pasien diare akut dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05).
Kata Kunci : Lama rawat inap, diare akut, probiotik, terapi standar