Abstract :
Bising dengan intensitas tinggi dapat mengakibatkan berbagai gangguan, salah satunya gangguan pendengaran atau yang dikenal sebagai Noise Induce Hearing Loss (NIHL). Risiko NIHL dapat direduksi dengan penggunaan alat yang berfungsi untuk meminimalisir intensitas kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase kejadian NIHL pada pekerta yang menggunakan alat pelindung kebisingan dan tidak menggunakan alat pelindung kebisingan.
Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan melibatkan 46 orang pekerja pabrik penggergajian kayu Desa Hongosoco Kabupaten Kudus yang di bagi menjadi 2 kelompok berdasarkan penggunaan alat pelindung kebisingan (APK), kemudian di lakukan pemeriksaan audiometri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. Data dianalisis menggunakan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan gangguan pendengaran ditemukan sebanyak 65,2% pada pekerja yang tidak menggunakan APK dan 30,4% ditemukan pada pekerja yang menggunakan APK. Uji chi square diperoleh p = 0,018 (p<0,05) dan nilai RP sebesar 2,143 (IK95%: 1,079-4,256). Nilai RP tersebut meningkat menjadi 4,897 (IK95%: 1,150-20,853) setelah disesuaikan dengan umur dan lama kerja. Nilai RP 4,897 menunjukkan bahwa pekerja yang tidak menggunakan APK kemungkinan akan mengalami gangguan pendengaran sebesar 4,9 kali lebih tinggi daripada pekerja yang menggunakan APK.
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan penggunaan APK dan kejadian gangguan pendengaran. Penggunaan APK menurunkan risiko gangguan pendengaran.
Kata kunci: Gangguan Pendengaran, Alat Pelindung Kebisingan