Abstract :
Penelitian Nova dan Bhima (2010) telah mengidentifikasi gambaran histopatologi paru pada tikus wistar yang dikubur dalam tanah dan ditenggelamkan dalam air tawar yang diamati setiap 12 menit dalam 1 jam, menunjukkan tidak diperoleh perbedaan gambaran histopatologi paru yang signifikan, akan tetapi sudah terdapat lisis sel paru pada 12 menit pertama. Media dimana kematian terjadi dapat digunakan untuk menentukan kecepatan pembusukan mayat. Pembusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperature air, kandungan bakteri, kadar garam dan adanya predator dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu kematian pada medium air tawar dan air laut terhadap gambaran histopatologi paru.
Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design menggunakan 40 ekor tikus rattus norvegicus dibagi dalam 8 kelompok. Tikus dibunuh dengan cara dimasukkan dalam air tawar dan air laut. Kelompok I, II, III, dan IV adalah kelompok yang ditenggelamkan ke dalam air laut, sedangkan V, VI, VII, dan VIII ditenggalamkan dalam air tawar, kemudian diambil organ paru dan diamati secara histopatologi menggunakan pengecatan HE dengan perbesaran 400X. Data dianalisis dengan uji normalitas dan homogenitas, dilanjutkan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.
Uji Shapiro-Wilk pada medium air laut dan air tawar didapatkan hasil p=0,354, p= 0,228 dan p= 0,702 (p>0,05) pada kelompok I, II dan V. Pada uji Mann Whitney pada medium air laut dan air tawar didapatkan hasil p= 0,094 pada 0 jam, p= 0,054 pada 12 jam, p=1,000 pada 24 jam dan p=1,000 pada 48 jam (p>0,05).
Kesimpulan bahwa gambaran histopatologi paru pada keempat waktu pengamatan postmortem antara medium air laut dan medium air tawar menunjukkan tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).
Kata kunci : Histopatologi paru, Tenggelam, Air Tawar, Air Laut, Lama Kematian