Abstract :
World Health organization (WHO) dan the International Society of Hypertension (ISH)
menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastole 90 mmHg. Nilai ini merupakan hasil rerata minimal dua kali
pengukuran setelah melakukan dua kali atau lebih kontak dengan petugas kesehatan.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditentukan dalam
kedokteran primer. Kkomplikasi hipertensi dapat mengenai beberapa target seperti
jantung, otak, ginjal, mata, dan arteri perifer.
Kerusakan organ-organ tersebut bergantung seberapa tinggi tekanan darah dan seberapa
lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati. Studi
menunjukkan bahwa penurunan rerata tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko
mortalitas akibat penyakit jantung iskemik atau stroke. Salah satu guideline terbaru
dann dapat dijadikan acuan di Indonesia adalah guideline Joint National Committee
(JNC) 8 tahun 2014. Rekomendasi JNC 8 dibuat berdasarkan bukti-bukti dari berbagai
studi acak terkontrol. Dua poin baru yang penting dalam guideline JNC 8 ini adalah
perubahan target tekanan darah sistolik pada pasien berusia 60 tahun ke atas menjadi
<150 mmHg dan target tekanan darah pada pasien dewasa dengan diabetes atau
penyakit ginjal kronik berubah menjadi <140/90 mmHg. Modivikasi gaya hidup,
meskipun tidak dijelaskan secara detail juga tetap masuk dalam algoritma JNC 8 ini.
(JNC VIII, 2014)
Berdasarkan pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn. M yang berusian 54 tahun,
klien mengatakan memiliki penyakit Hipertensi kurang lebih sejak 5 tahun yang lalu.
Berdasarkan pada pengkajian tersebut terdapat persamaan dengan tinjauan teori
menurut Triyanto (2014), yakni insidensi hipertensi meningkat sering dengan
pertambahan usia, dan pria 35-50 tahun serta wanita pasca menopause memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi. Menurut peneliti, semakin bertambahnya usia
seseorang maka elasitas pembuluh darah akan semakin menurun sehingga menyebabkan
terjadinya vasokontraksi pada pembuluh darah. Sehingga membuat aliran darah semakin
cepat dan akan mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Berdasarkan pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn. M adalah mengatakan nyeri
bagian kepala belakang, skala nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri datang
sewaktu-waktu, tanda-tanda vital TD : 210/90 mmHg, RR : 20x/menit, N : 80x/menit,
klien mengatakan lemas, tangan dan kaki merasa kesemutan dan pegal-pegal.
Berdasarkan pada pengkajian tersebut terdapat persamaan dengan tinjauan teoritas
menurut ( Muttaqin, 2012), keluhan utama pada pasien hipertensi yakni sakit kepala,
peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg, pusing atau migran, rasa berat di tengkuk,
lemah dan lelah, dan muka pucat. Aktivitas dan istirahat seperti : keletihan atau
kelelahan, nafas pendek, penurunan toleransi terhadap aktivitas. Menurut peneliti nyeri
kepala pasien hipertensi terjadi karena adanya peningkatan tekanan vasekuler serebral.
Berdasarkan pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn. M adalah klien tidak memiliki
gangguan penglihatan atau kekaburan. Berdasarkan pada pengkajian tersebut terdapat
kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus yakni menurut ( Priharjo, 2013) pada klien
dengan Hipertensi biasanya mengalami gangguan ginjal, gangguan penglihatan atau
kekaburan pandangan, perabaan atau sentuhan menurun. Hal ini tidak dijumpai pada
klien dikarenakan penyakit hipertensi yang dialami tidak begitu parah.