Abstract :
Kehilangan air bersih PDAM secara umum paling banyak di karenakan
kebocoran. Kehilangan air perpipaan menjadi sangat penting bukan saja
hanya karena berkenaan dengan ancaman terhadap tingkat cakupan dan
kualitas dan pelayanan, tetapi juga pada tingkat pendapatan pengelolahan
yang jumlahnya relatif sangat besar serta nilai yang pada akhirnya akan
dibebankan pada pelanggan PDAM yang mengalami kebocoran tersebut.
Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air yang tersedia dari
sistem, sedangkan penggunaan air yang cukup dan dapat di gunakan
setiap waktu baik untuk keperluan domestik maupun keperluan lainnya
akan mendukung masyarakat yang hidup secara higienis. Sedangkan air
yang yang terbilang higienis juga memiliki beberapa kategori.
Berdasarkan data lapangan yang diperoleh dari hasil survei, dengan
membandingkan debit yang masuk ke sistem selama enam bulan dengan
daftar rekening ditagih (DRD) didapat nilai NRW (Non Revenue- water)
Sebesar 13.608 m3/tahun. Dengan kehilangan air sebesar 6,64 %
pertahunnya maka pihak PDAM mengalami kerugian sebesar Rp
13.608,00 m3/tahun = Rp 1.134.00 m3/bulan = Rp 37, 80 m3/hari. Nilai
indeks kebocoran infrastruktur (ILI) adalah 5,55 dengan tekanan 19,7 m
termasuk dalam kategori kinerja teknik golongan B dengan tingkat
kebocoran 100- 200 liter/sambungan/Hari.