DETAIL DOCUMENT
Representasi Feminitas di Tubuh Laki-Laki dalam Film Leng Apa Jengger
Total View This Week0
Institusion
Universitas Jenderal Soedirman
Author
AFINI, Auliya Vika
Subject
S210 Semiotics 
Datestamp
2021-05-17 04:06:42 
Abstract :
Lengger merupakan kesenian tradisional Banyumas yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus sebagai ritual memohon kesuburan di kalangan masyarakat agraris. Kesenian ini memiliki keunikan karena penari lengger adalah laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Kata ?lengger? sendiri berasal dari kata ?leng? dan ?jengger,? yang memiliki makna ?disangka perempuan ternyata laki-laki.? Dariah adalah maestro lengger lanang Banyumas yang kiprahnya di dunia seni dan kisah hidupnya menjadi inspirasi berbagai karya, salah satunya film dokumenter Leng Apa Jengger. Film ini mengisahkan metamorfosis Sadam - seorang bocah laki-laki - menjadi Dariah, sosok penari lengger ternama yang cantik jelita dan dikagumi banyak laki-laki, hingga Dariah tua yang tetap berpenampilan feminin. Penelitian ini bertujuan menjelaskan feminitas yang direpresentasikan Dariah dalam film Leng Apa Jengger menggunakan teori queer. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce. Model analisis ini dipilih karena dapat membantu peneliti memahami representasi tanda dan teks sebagai objek kajian, yang dalam penelitian berupa scene atau adegan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk feminitas yang direpresentasikan Dariah dalam film Leng Apa Jengger tampak pada saat dia tengah menari lengger: mengenakan kain yang menutup sampai ke dada, berkebaya dan berselendang, serta berkonde dan berdandan layaknya seorang perempuan. Feminitas ini juga ditampilkan Dariah di luar panggung. Dalam keseharian dia menampilkan diri sebagai seorang perempuan feminin, mulai cara berbusana, cara berdandan, cara berjalan, juga cara mengekspresikan bahasa tubuh ketika dia merasa jengah atau malu. Pilihan profesi setelah tidak lagi menjadi lengger, yakni sebagai perias pengantin dan dukun pijat, juga memperkuat feminitas yang ditampilkan Dariah. Kode-kode yang ditampilkan Dariah ini dimaknai masyarakat sebagai ciri khas perempuan. Feminitas di tubuh laki-laki, dalam hal ini Dariah, dianggap sebagai sesuatu yang dapat diterima karena tidak ada penolakan dari masyarakat. Hal ini terlihat dari kesaksian para pengagum Dariah yang memperlakukannya sebagai seorang perempuan, meskipun mereka tahu bahwa Dariah sejatinya seorang laki-laki. Para pengagum Dariah sendiri memiliki istri yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan teori queer, bahwa kaitan antara jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual merupakan sesuatu yang cair dan tidak stabil. Dariah berjenis kelamin laki-laki, berpenampilan (gender) feminin, dan memiliki orientasi seks sejenis. Sementara para pengagumnya berjenis kelamin laki-laki, berperilaku maskulin, dan memiliki orientasi seks biseksual. 
Institution Info

Universitas Jenderal Soedirman