Abstract :
Merokok merupakan kebiasaan menghisap rokok yang kebiasaan menghisap
rokok yang dilakukan setiap hari didalam kehidupannya yang tidak akan bisa
dihindari. Di dalam satu batang rokok terdapat nikotin yang dapat menyebabkan
pelepasan berupa ketekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan oleh kelenjar
hipofisis anterior. Pada perokok akan meningkatkan pelepasan CRH dan ACTH, di
mana kedua hormon ini akan dilepaskan secara bersamaan dengan dopamine dan
endorphin di nucleus accumbens, sehingga akan menyebabkan kadar kortisol naik,
kejadian kanker dan gangguan fungsi tubuh lainnya. Untuk mengetahui adanya
pengaruh hormon kortisol , maka dilakukan penelitian pada perokok dan tidak
merokok. Penelitian ini menggunakan metode Observasional analitik melalui
pendekatan cross-sectional. Responden penelitian ini semuanya adalah pria
sebanyak 30 responden dengan kriteria inklusi usia antara 19-25 tahun dan
mempunyai kebiasaan merokok dan tidak Merokok. Hasil penelitian pada kadar
kortisol, tertinggi sebesar 33,15 ng/ml pada responden yag bukan perokok dan
kadar kortisol terendah terdapat pada perokok sebesar 15,3 ng/ml. Kadar hormon
kortisol didapatkan melalui pemeriksaan imunologi menggunakan metode Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil uji statistik menggunakan analisis uji
Mann-Whitney diperoleh nilai p-value 0,074 (>0,05) pada perokok dan tidak
merokok, sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
kebiasaan merokok terhadap kadar hormon kortisol pada pria.