Abstract :
Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memiliki kandungan vitamin C
yang tinggi namun jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada penelitian ini,
belimbing diubah menjadi produk cuka belimbing wuluh yang memiliki nilai gizi
lebih baik daripada cuka makan komersial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
untuk memproduksi cuka berbahan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan
mikroba kultur campuran (S. cerevisiae dan L. plantarum).
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan sampel yakni 3 sampel cuka
belimbing wuluh kultur campuran (suhu 30?C, 33?C, dan 37?C). Hasil pengamatan
fisikokimia pH, alkohol, asam asetat, aktivitas antioksidan, dan senyawa fenolik
pada sampel suhu 30?C (berturut-turut 3,83; 6,22%; 0,267mg GEA/L; 5,411ppm;
28,386%), suhu 33?C (berturut-turut 3,80; 8,34%; 0,341mg GEA/L; 6,318ppm;
28,376%), dan suhu 37?C (berturut-turut 3,35; 9,46%; 0,352mg GEA/L; 7,035ppm;
24,311%) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada uji One way
ANOVA.
Hasil penelitian yakni pada suhu 30?C pertumbuhan bakteri S.cerevisiae dan
L.plantarum sedikit terhambat, suhu 33?C pertumbuhan kedua bakteri berjalan
baik, dan suhu 37?C pertumbuhan S.cerevisiae berjalan pesat dan L.plantarum
terhambat, sehingga suhu terbaik antara suhu 30?C ? 33?C. Namun berdasarkan uji
statistik, aktivitas antioksidan dan senyawa fenolik yang dihasilkan menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, suhu 33?C merupakan suhu
terbaik untuk fermentasi alkohol cuka belimbing wuluh dengan kandungan
antioksidan (6,318ppm dan senyawa fenolik (28,375%) tertinggi. Saran pada
penelitian ini sebaiknya pengamatan sifat fisikokimia dilakukan pada sampel
ekstrak, wine, dan cuka.