Abstract :
Latar Belakang: Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif Salmonella typhi. Demam tifoid terus menjadi masalah
kesehatan global yang serius di negara berkembang. Manifestasi klinis pada
demam tifoid adalah demam tinggi (>38 ) selama 7-14 hari dengan rentang 3-30
hari. Demam disertai berbagai gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, diare,
konstipasi, maupun mual dan muntah. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh
virulensi bakteri, usia, daya tahan tubuh, waktu pengobatan dan drug of choice
yang diberikan. Diagnosis definitif demam tifoid dilakukan dengan isolasi bakteri
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari darah, sumsum tulang, rose
spots¸ dan feses. Gambaran abnormal pemeriksaan hematologi yang sering
ditemukan pada penderita demam tifoid yaitu leukopenia dan limfositosis relatif
yang menjadi dugaan kuat diagnosis demam tifoid. Leukopenia dan neutropenia
terdetekasi 15-25% pada kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kadar leukosit dengan keadaan klinis pasien demam tifoid. Data
penelitian berasal dari rekam medis dan wawancara dengan penderita demam
tifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya pada Bulan
Agustus ? Oktober 2017 yang berjumlah 20 orang.
Metode: Cross-Sectional dengan studi observasional. Data dianalisis dengan uji
korelasi peringkat Spearman.
Hasil: Hasil penelitian ini untuk korelasi antara kadar leukosit dengan keadaan
klinis pada pasien demam tifoid dengan nilai alpha 0,05 mendapatkan nilai
Correlation Coefficient sebesar 0,274. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya
korelasi yang rendah atau terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kadar
leukosit dengan keadaan klinis pada pasien demam tifoid.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kadar leukosit
dengan keadaan klinis pada pasien demam tifoid disebabkan karena keadaan
klinis lebih berhubungan dengan endotoksin dari bakteri Salmonella typhi