Abstract :
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk politisasi Lonto Leok pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2015. Penelitian ini bertujuan Untuk mendeskripsikan bentuk politisasi lonto leok pada pemilihan Kepala Daerah kabupaten Manggarai Barat tahun 2015. Untuk memecahkan masalah pokok diatas penulis menggunakan teori konsep kebudayaan, budaya politik, dan demokrasi lokal. Parameter inilah yang yang dipakai sebagai ukuran untuk menyusun operasionalisasi variabel. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif kualitatif. Sumber data primer para informan, sedangkan data sekunder dokumen yang berkaitan dengan variable penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan melalui suatu telaah dengan menggunakan pemikiran logis dan sistematis untuk menggambarkan permasalahan dan fenomena yang ada, serta menjelaskan secara menyeluruh berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa Politisasi Budaya Lonto Leok pada pemilhan kepala daerah kabupaten Manggaraai Barat tahun 2015, dimana paket Gusti-Maria memanfaatkan: pertama, Simbol Adat/Mbaru Gendang di sini paket calon kepala daerah cendrung melihat rumah adat ini sebagai titik sentrum interaksi sosial masyarakat. Karena itu, tua adat yang mendiami rumah adat adalah pusat perhatian sekaligus tokoh sentral yang harus dikunjungi dalam suatu misi politik tertentu. Kedua, Tokoh adat/Tua Gendang. Tokoh adat memiliki peran dan menjadi panutan dalam masyarakat, dimana kata-kata serta nasehatanya selalu di dengar oleh masyarakat. Demikian pentingnya tokoh adat sehingga seorang calon Kepala daerah memiliki kepentingan untuk merangkul kekuasaan adat yang dimiliki sebagai alat menyebarkan dukungan. Ketiga, Ritual Adat/Kepok. Dalam tradisi kapok semua tamu yang hadir akan disambut dengan ramah yang disimbolkan dengan pemberian ayam dan tuak dalam ritual penyambutan. Ayam dan tuak ini merupakan simbol yang mengandung makna bahwa tamu yang hadir sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Gendang Pongkal. Keempat Persaudaraan/Kekeluargaan Lonto Leok tidak terlepas dari unsur kekelurgaan dimana masyarakat menyambut kedatangan paket calon Bupati dengan melakukan berbagai ritual adat yaitu melalui kepok, ini merupakan sebagai bentuk penerimaan mereka terhadap kedatangan tamu. Kelima Musyawarah Tradisi lonto leok sebagai bentuk musyawarah untuk mufakat ini memiliki peran yang urgen. Karena selain untuk memupuk rasa persaudaarn dan kekeluargaan di Gendang Pongkal, lonto leok juga merupakan sarana untuk bermusyawarah dengan tokoh ? tokoh penting dari jajaran pemerintahan. Tidak terkecuali para calon kepala daerah yang datang untuk bersosialisasi dengan seluruh elemen masyarakat di Gendang Pongkal. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat suatu lompatan dalam tradisi lonto leok dimana tradisi ini dimanfaatkan sebagai sarana atau alat komunikasi politik oleh para calon Bupati yang akan bersaing dalam pesta demokrasi atau perhelatan demokrasi di Manggarai Barat. Lonto leok akhirnya menjadi salah satu ?senjata? yang digunakan oleh para calon Kepala Daerah untuk mengkomunikasikan program kerjanya. Lonto leok menjadi sarana kampanye politik untuk meraup suara dari para pemilih dengan mengkomunikasikan program kerja para calon kepala daerah tersebut. Bedasarkan kesimpulan maka disarankan agar pemerintah dan masyarakat harus mempertahankan dan mengembangkan budaya Lonto Leok agar di masa yang akan datang tradisi ini tidak digunakan untuk kepentingan politik semata. Dan Bagi para calon kepala daerah, calon legislatif maupun calon kepala desa di Manggarai, agar tidak boleh melibatkan rumah adat maupun sarana adat untuk kepentingan politik.