Abstract :
Penyakit yang sering menyerang manusia dapat berupa penyakit menular maupun yang tidak menular.Salah satu penyakit menular yang menyerang manusia yaitu infeksi luka, baik luka pada bagian kulit maupun pada organ dalam tubuh. Infeksi yang terjadi pada bagian kulit salah satunya ialah bisul. Untuk mengobatinya banyak antibiotik sintetik yang ditawarkan, namun tidak sedikit efek samping serta dampak resistensi yang ditimbulkan oleh antibiotik sintetik. Oleh karena itu sebagian masyarakat sering menggunakan obat herbal. Salah satunya adalah tumbuhan kaktus centong (Opuntia coheneliferra) yang secara empiris daunnya mampu menyembuhkan luka dan bisul. Terhadap fakta empiris tersebut perlu dilakukan pembuktian laboratoris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak daun kaktus centong (Opuntia cochenellifera) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan desain The Postest Only Control Group Design dengan 4 Perlakuan (P1=25%, P2=50%, P3=75%, P4=100%) dan 1 Kontrol yaitu 0% (aquades) = kontrol negatif, yang diulang sebanyak 3 kali ulangan. Metode pengumpulan data menggunakan metode difusi cakram, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
analisis varians (ANAVA) dan uji lanjut BNT 1% serta dianalisis juga menggunakan SPSS V 16. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun kaktus centong (opuntia
cochenelifera) memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan taraf signifikannya < 1% 0,01%) Fhitung > Ftabel yakni 1.866,3 < 7,59 dengan tingkat kepercayaan 99%.
Uji BNT 1% menunjukan tidak adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan pada konsentrasi 25% dan 50%, 50% dan 75% Pada konsentrasi 100% berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ekstrak kaktus centong (Opuntia cochenellifera), memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan berpengaruh dengan respon hambat terbesar dan terbaik pada konsentrasi 100% yang mampu menghambat hingga membentuk
zona hambat sebesar 24,78 mm dan respon hambatan terkecil pada konsentrasi 75% yang mampu menghambat bakteri dengan ukuran zona hambat sebesar 17,03 mm.