DETAIL DOCUMENT
Yesus Kristus Penyelamat Universal (Analisis Biblis Eksegetis Atas Teks Markus 7:24-30)
Total View This Week1
Institusion
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Author
TAMBA, Pontianus
Subject
B Philosophy (General) 
Datestamp
2019-12-17 05:24:17 
Abstract :
Persoalan iman menjadi hal yang rumit dalam dunia dewasa ini. Perbedaan iman dan kepercayaan telah terbukti membuat manusia saling menghancurkan satu sama lain. Beberapa kelompok keagamaan tertentu mengklaim diri sebagai pemegang kebenaran sejati dan karenanya mereka dengan mudah menyingkirkan orang lain yang tidak seiman dengan mereka. Atas nama iman mereka berani membunuh dan menghancurkan orang lain hanya untuk menunjukkan keberimanan mereka. Dalam Kitab Suci kita dapat menyaksikan dua bentuk sikap iman manusia. Kelompok pertama adalah mereka yang menyebut dirinya sebagai orang beragama. Kelompok ini diwakili oleh Kaum Farisi dan Ahli Taurat. Mereka begitu taat menjalankan ritual-ritual keagamaan dan hafal isi kitab suci. Akan tetapi ketaatan mereka dalam berliturgi tidak diimbangi dengan sikap hidup mereka. Perhatian yang berlebihan terhadap liturgi menyebabkan mereka lupa akan sesama manusia. Kelompok kedua adalah orang-orang kafir, pendosa dan juga orang miskin. Kelompok ini diasingkan dari kehidupan sosial kemasyarakatan dan juga dari kehidupan keagamaan. Kehadiran Yesus membawa angin segar bagi kaum terpinggirkan ini. Cara Yesus memperlakukan mereka sama sekali berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang Farisi dan Ahli Taurat. Yesus hadir sebagai seorang tokoh yang mendobrak tradisi bangsa yang kaku dan cendrung legalis. Ia menampilkan diri sebagai sosok yang amat manusiawi. Ia hadir di tengah orang-orang kecil dan terpinggirkan ini dan memperlakukan mereka dengan layak. Ia tidak hanya mengangkat derajat orang kecil sebangsaNya tetapi juga menyebrang ke wilayah non Yahudi. Padahal para rabi-rabi Yahudi lainnya tidak pernah melakukan hal demikian karena membangun relasi dengan orang kafir dapat mencemari kekudusan dan kesucian mereka. Dalam injil Markus 7:24-30 terdapat kisah tentang wanita Siro-Fenisia yang percaya. Dia adalah seorang Yunani. Orang Yunani dalam pandangan bangsa Israel adalah orang-orang kafir, orang-orang yang menyembah dewa-dewa. Kisah ini dimulai ketika Yesus mengunjungi wilayah Tirus. Tirus terletak empat puluh mil di barat laut Kapernaum. Nama Tirus sendiri berarti “batu karang”. Wilayah ini terdapat di barat laut dari danau Galilea, keluar dari batas-batas Tanah Perjanjian PL. Ini adalah daerah yang mayoritasnya bukan Yahudi. Kedatangan Yesus ke wilayah ini terdengar sampai ke telinga sang wanita Siro Fenisia yang anaknya kerasuan roh jahat. Maka ia pun datang kepada Yesus. Ia memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anak-Nya dan anaknya pun disembuhkan. Peristiwa ini mau menunjukkan bahwa semua manusia dipanggil Allah menuju keselamatan. Akan tetapi keselamatan itu tidak akan datang tanpa inisiatif manusia untuk menyambutnya. Dengan iman manusia menyambut tawaran kasih Allah itu. Sebab iman merupakan tanggapan positif manusia atas tawaran keselamatan yang diwahyukanNya. Dalam hal ini karya keselamatan Allah itu hanya dapat bekerja apabila manusia mau bekerjasama dengan Allah dan menyambut tawaran keselamatan itu dengan hati terbuka. Dalam hal ini iman tidak lagi terletak pada pengetahuan akan konsep-konsep teologis dan ketekunan dalam berliturgi. Keberimanan kita bukan lagi sebatas pada pengetahuan kita tentang Tuhan, tetapi juga bagaimana menghadirkan wajah Tuhan di dalam realitas kehidupan, dalam perjumpaan dengan orang-orang yang berada di sekitar kita. Iman yang dimaksudkan di sini adalah tentang sikap hidup yakni mengejawantahkan pengetahuan teologis itu ke dalam sikap hidup yang nyata, yang tulus dan rendah hati di hadapan Allah dan sesama. Kunjungan Yesus ke wilayah Tirus bukanlah suatu peristiwa yang kebetulan terjadi. Ada dua peistiwa yang melatarbelakangi peristiwa ini, yang pertama penolakan terhadap Yesus oleh orang-orang sekampungnya (Mrk.6:1-6a) dan yang kedua tindakan Yesus menghapus hal yang najis dan tidak najis (Mrk. 7:1-23). Penolakan terhadap Yesus oleh orang-orang Nazareth pada menjadi satu alasan mengapa Ia mewartakan kerajaan Allah keluar wilayah Yahudi. Pewartaan Yesus pun mendapat respon positif dari orang-orang kafir ini. Mereka membuka hati terhadap tawaran keselamatan yang dibawa Yesus, bahkan kedalaman iman mereka dipuji oleh Yesus dengan mengatakan, “iman sebesar ini tidak pernah kujumpai diantara orang-orang Yahudi (Luk. 7:9). Tindakan penghapusan hal yang najis dan tidak najis juga bisa jadi turut menghapus diskriminasi antara orang najis dan tidak najis. Melalui tindakan ini Yesus sesungguhnya mau menunjukkan kesejatian pemerintahan Allah yakni dengan merangkul orang-orang yang terpinggirkan ini sebagai orang yang dipulihkan kemanusiaan mereka di hadapan Allah. Mereka adalah orang-orang yang turut mengambil bagian dalam tata keselamatan Allah.1 Dengan ini Yesus menunjukkan bahwa keselamatan tidak lagi eksklusif milik orang- orang Yahudi. Keselamatan Allah tidak hanya milik orang-orang yang menjalankan liturgi secara ketat. Keselamatan Allah adalah milik semua orang percaya, semua orang yang dengan hati terbuka menyambut tawaran keselama 
Institution Info

Universitas Katolik Widya Mandira Kupang