Abstract :
Penelitian ini menganalisis bentuk dan legitimasi kekerasan simbolik dalam novel
Beartown. Latar belakang gagasan ini muncul dari pengamatan fenomena mengenai
ide dan ekspetasi restriktif terhadap perempuan di dunia sastra. Namun ide-ide ini
ditentang dalam novel Beartown. Pendekatan dan teori tepat dalam menganalisis
permasalahan ini adalah pendekatan feminis dan teori kekerasan simbolik
Bourdieu. Ini bisa menjawab bagaimana ide dan ekspetasi yang ditanamkan kepada
perempuan dan bagaimana hal ini dilegitimasi sebagai hal yang wajar. Sehingga,
tujuan penelitiannya adalah (1) bentuk dan (2) legitimasi kekerasan simbolik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena sifat analisis tekstual dan
deskriptif. Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dengan teknik mencatat. Dalam analisis data, penelitian ini
menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan teknik analisis isi laten. Hasil
analisis disajikan dengan teks naratif dari Miles & Huberman. Penelitian ini
menemukan 48 data mengenai kekerasan simbolik. Bentuk kekerasan simbolik
yang paling banyak digunakan adalah sensorisasi; (1) aksi pedagogik, (2) larangan
atau sanksi, (3) sensor diri, (4) ritus institusi, (5) pelabelan, (6) penyalahan korban,
(7) dominasi laki-laki, dan (8) pembungkaman. Sementara eufemisme muncul
melalui hubungan (1) pemberian-hutang, (2) kewajiban, (3) kesetiaan, (4) rasa
syukur, dan (5) keramahan. Dari bentuk-bentuk tersebut, legitimasi dicapai dengan
menduduki posisi dominan dalam masyarakat atau arena sosial. Seringkali,
legitimasi dicapai akibat misrekognisi doksa atau kepercayaan umum dalam pikiran
atau habitus seseorang. Terakhir, legitimasi terbentuk karena agen tersubordinasi
tidak memiliki kapital cukup untuk menantang doksa.