Abstract :
Etnis Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat non-pribumi yang
bermigrasi ke Indonesia. Dalam sejarah Indonesia, posisi etnis Tionghoa
mengalami dinamika yang berfluktuatif akibat pengaruh dari kondisi politik
dalam dan luar negeri Indonesia. Keberadaan etnis ini akhirnya seperti yang
terlihat keberadaannya atau populasinya menjadi menurun dipengaruhi dengan
berbagai alasan tertentu.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Studi kasus di Kota Bukittinggi Kecamatan Guguk
Panjang khususnya di Kelurahan Benteng Pasar Atas sedangkan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan beberapa
masyarakat etnis Tionghoa yang bermukim di Kelurahan Benteng Pasar Atas dan
luar Kota Bukittinggi. Kemudian ketua kelompok suku atau klan, tokoh budaya
dan agama komunitas etnis Tionghoa maupun anggota keluarga etnis Tionghoa.
Penelitian ini menggunakan Teori Strukturasi yang dikemukakan oleh Giddens.
Teori Strukturasi Giddens yang memusatkan perhatian pada praktik sosial yang
berulang itu pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen
dan struktur. Alasan masyarakat Tionghoa dalam melakukan migrasi tentu adanya
alasan yang mendorong baik dari dalam individu maupun diluar individu.
Berdasarkan sifat struktur yang constrain dan enabling menurut teori yang
dikembangkan Giddens bahwa mengekangnya suatu struktur membuat
masyarakat Tionghoa memilih untuk melakukan migrasi dan memberdayakannya
suatu struktur membuat yakinnya sebagian masyarakat Tionghoa untuk bermigrasi
dan memilih untuk menetap di wilayah yang menurut mereka menjadi wilayah
yang aman buat untuk ditempati.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat beberapa alasan penurunan
etnis Tionghoa yang berada di Kota Bukittinggi Kecamatan Guguk Panjang
Kelurahan Benteng Pasar Atas yang disebabkan diantaranya pembangunan
ekonomi yang tidak sejalan, kontribusi pendidikan serta kondisi geografis yang
menurun. Semua itu terlihat pada struktur yang memiliki pengaruh baik itu
mengekang (constrain) dari dalam daerah maupun struktur yang memberdayakan
(enabling) dari luar daerah yang berdasarkan pada aspek sosial, ekonomi, politik
serta budaya.