Abstract :
*549 Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
prevalensinya cukup tinggi di Indonesia dan diperkirakan setiap tahun akan
meningkat. Diabetes melitus beresiko terhadap komplikasi makrovaskuler
maupun komplikasi mikrovaskuler. Penggunaan antidiabetik yang tepat sangat
berperan penting dalam keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola penggunaan obat antidiabetik pada pasien diabetes melitus lanjut
usia di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Penajam Paser Utara dan
mengetahui evaluasi terapi pengobatan pada pasien diabetes melitus lanjut usia di
instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Penajam Paser Utara didasarkan pada
beberapa ketepatan, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
waktu pemberian, tepat rute pemberian, dan waspada efek samping.
Penelitian dilakukan dengan metode Cross Sectional bersifat retrospektif
dengan media rekam medik. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh pasien
diabetes melitus lanjut usia di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2013 dengan jumlah 36 pasien. Hasil
penelitian dianalisis berdasarkan evaluasi terapi yang dinilai dengan standar terapi
diabetes melitus dari PERKENI (2011) dan American Geriatrics Society Beers
Criteria.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola penggunaan obat
antidiabetik kombinasi terbanyak pertama yaitu Levemir + Novorapid sebanyak 8
(34,88%), kedua yaitu kombinasi metformin+levemir sebanyak 2 (8,7%),
metformin+novorapid sebanyak 2 (8,7%), metformin+acarbose sebanyak 2
(8,7%), dan acarbose+levemir sebanyak 2 (8,7%), dan ketiga yaitu kombinasi
antara obat hipoglikemi Metformin + Acarbose + Levemir + Novorapid sebanyak
1 (4,34%), Glimepirid + Acarbose + Novorapid sebanyak 1 (4,34%), Acarbose +
Levemir + Metformin sebanyak 1 (4,34%), Levemir + Linagliptin sebanyak 1
(4,34%), Acarbose + Linagliptin (4,34%), Glimepirid + Metformin sebanyak 1
(4,34%), dan Metformin + Linagliptin sebanyak 1 (4,34%). Kemudian pola
penggunaan obat antidiabetik tunggal terbanyak pertama adalah Levemir
sebanyak 5 (41,67%), kedua yaitu metformin sebanyak 2 (16,67%) dan insulin
sebanyak 2 (16,67%), ketiga yaitu gliclazid sebanyak 1 (8,33%), linagliptin
sebanyak 1 (8,33%), dan novorapid sebanyak 1 (8,33%). Evaluasi terapi
berdasarkan tepat pasien 30 pasien (83,33%), tepat indikasi 36 pasien (100%),
tepat obat 36 pasien (100%), tepat dosis 31 pasien (86,11%), tepat waktu
pemberian 34 pasien (94,45%), dan tepat rute pemberian 36 pasien (100%).
Kesimpulan dari hasil penelitian pola penggunaan obat antidiabetik kombinasi
terbanyak yaitu Levemir + Novorapid (34,88%), penggunaan obat antidiabetik
tunggal terbanyak yaitu Levemir (41,67%). Dari jumlah total sampel 36 pasien,
yang memenuhi keenam aspek ketepatan sebanyak 26 pasien.
Kata kunci : evaluasi terapi, antidiabetik, diabetes melitus, lanjut usia.