Abstract :
Penelitian dengan judul ?Dramaturgi Teater Postdramatik pada Teater
Under The Volcano, sutradara Yusril?, merupakan kajian tentang teater
kontemporer Indonesia di Sumatera Barat yang berpusat pada kekuatan
budaya lokal Minangkabau, tercermin melalui gerak silat (silek), ulu ambek,
musik dan dendang Minangkabau. Permasalahan penelitian ini adalah; (1)
mengapa muncul terminologi teater postdramatik pada teater UTV, dan
bagaimana peran Yusril di dalamnya, (2) Bagaimana proses penggarapan,
struktur, dan tekstur pada teater postdramatik UTV, dan (3) bagaimana
makna, dan kondisi sosial budaya yang berpengaruh terhadap penggarapan
teater postdramatik UTV. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
dengan beberapa teori untuk menjawab permasalahan penelitian ini yaitu; (1)
teori sosial postmodern; (2) teori estetika dan teater postdramatik; dan (3) teori
semiotika, dan sosiologi seni.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terminologi munculnya teater
postdramatik sebagai bentuk respons terhadap praktik teater postmodern di
Eropa. Sehingga, hal ini berpengaruh pada bentuk teater yang digarap oleh
Yusril di Sumatera Barat. Proses penggarapan, struktur, dan tekstur teater
postdramatik yang dikembangkan Hans-Thies Lehmann berpusat pada elemen
teks, ruang, waktu, tubuh, dan media digambarkan dalam teater UTV. Struktur
pertunjukan teater UTV dikonstruksi tidak linier, terlihat seperti komposisi
artistik atau kolase. Makna pertunjukan tentang bencana alam tercermin
melalui tanda-tanda visual yang terdapat dalam spektakel pertunjukan teater
UTV, juga kondisi sosial-budaya masyarakat Minangkabau yang heterogen dan
inklusif sehingga hal tersebut berpengaruh pada metode penggarapan teater
Yusril, yaitu konsep teater demokratik yang berpusat pada Alam takambang jadi
guru.
Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah temuan model di
dalam menganalisis bentuk teater yang bertolak pada pendekatan teater
postdramatik dan metode penciptaan teater Yusril yang berpijak pada teater
demokratik, berpusat pada falsafah Alam Takambang jadi Guru, sehingga dapat
menjadi rujukan terhadap praktik teater postdramatik yang mengambil
inspirasi dari tradisi nusantara.