Abstract :
Penilaian altematif keputusan saham sehingga diketahui ranking altematif
saham merupakan permasalahan utama pada penelitian ini. Saham biasa yang
listing pada Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 285 saham dinilai dan ditentukan
rankingnya berdasarkan utilitasnya.
Fase disagregasi bertujuan untuk mengkonstruksi sebuah model
preferensi dari kebijakan yang telah ditentukan DM pada sebuah himpunan
referensi denganjumlah terbatas yang telah dikenal olehnya (familiar). Fase yang
kedua yaitu fase agregasi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari fase
disagregasi, bertujuan untuk mengkonstruksi nilai atau fungsi utilitas global.
Dimulai dengan penetapan skala terbaik dan skala terburuk untuk masingmasing
kriteria, DM kemudian diminta untuk memilih himpunan referensi dengan
jumlah terbatas dan sekaligus menetapkan titik-titik interval dengan
menggunakan midvalue point technique agar bisa menghitung utilitas dari
performansi altematif pada masing-masing kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi altematif tersebut. Setelah menaksir bobot tiap kriteria dari skala
terbaiknya yang menunjukkan seberapa besar kriteria tersebut mempengaruhi
nilai global utilitas altematif, menaksir fungsi utilitas global dan menghitung
utilitas global altematif, kemudian dilakukan tes konsistensi pada proses
penetapan skala, direct ordering/direct ranking dan global utility ordering dengan
parameter F* (dimana terjadi over estimation) dan koefisien Kendalls "t (sebesar
0.6667), dimana hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa terjadi
ketidakkonsistenan preferensi yang diberikan oleh DM sehingga perlu diadakan
analisa sensitivitas.
Untuk fungsi global utilitas, bobot terbesar dimiliki oleh kriteria EPS yaitu
sebesar 0.9183 dan bobot terkecil dimiliki oleh kriteria beta, yaitu sebesar
0. 000000610221, sehingga bisa disimpulkan bahwa investor termasuk tipe risk
indifference yang/namun mengharapkan penghasilan/perolehan sebesar mungkin.
Setelah dilakukan ekstrapolasi fungsi utilitas global, diperoleh hasil bahwa
sebenamya ke 285 altematif saham yang ada memiliki peringkat hanya sebanyak
56, karena adanya threshold dari DM sebesar 0.01 (8).
Namun dalam pemilihan saham untuk dijadikan wahana investasi, kita
tidak bisa hanya dengan melihat peringkatnya saja, dengan anggapan bahwa
semua altematif yang berada pada satu peringkat adalah sama baiknya dan kita
bisa memilih salah satu yang manapun diantaranya. Hal ini dikarenakan threshold
hanya berlaku untuk tiap consecutive action (tindakan dengan peringkat yang
berurutan).