Abstract :
Sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu atau dua pemicu biaya
yang berbasis unit sebagai pembebanan biaya, sedangkan sistem Activity Based
Costing menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang
menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan keanekaragaman produk. Jadi, sistem Activity Based Costing dapat
memberikan informasi biaya produksi yang lebih akurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan biaya produksi
yang dihitung dengan sistem biaya tradisional dan sistem Activity Based Costing,
dan untuk mengetahui perbandingan biaya produksi Konveksi Solihin yang
dihitung dengan menggunakan dua sistem tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang
memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya produksi dengan sistem biaya
tradisional dan perhitungan biaya produksi dengan sistem Activity Based Costing.
Analisis data yang digunakan untuk menghitung biaya produksi dilakukan dengan
dua cara, yaitu sistem biaya tradisional dan sistem Activity Based Costing.
Dari hasil perhitungan menggunakan sistem Activity Based Costing
didapat bahwa biaya produksi per unit untuk tas pinggang selempang sebesar
Rp23.374,97, sedangkan biaya produksi per unit untuk tas ransel sebesar
Rp26.010,79, dan untuk tas kamera sebesar Rp20.600,45. Dengan menggunakan
sistem biaya tradisional dibandingkan dengan sistem Activity Based Costing
selisihnya yaitu untuk biaya produksi per unit pada produk tas pinggang
selempang telah dihitung lebih (overstated) sebesar Rp146.447,33 per unit atau
1,03%. Untuk produk tas ransel telah dihitung kurang (understated) sebesar
Rp58.412,76 per unit atau 0,23%. Sedangkan untuk produk tas kamera telah
dihitung kurang (understated) sebesar Rp 88.034,58 per unit atau 0,86%.