Abstract :
Perjumpaan Gereja dan kebudayaan adalah perjumpaan paling bahari dan tua dalam sejarah
Gereja dan mewarnai tradisi suci Gereja. Ada hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi
antara Gereja dan kebudayaan. Oleh karena itu, Gereja harus bekerja sama dan berdialog dengan
kebudayaan sehingga eksistensi Allah menjadi lebih jelas. Konsili Vatikan II telah membuka mata
Gereja bahwa Allah juga menyatakan cinta-Nya kepada manusia melalui kebudayaan. Konsili
Vatikan II lebih menekankan sikap keterbukaan Gereja untuk menerima kebudayaan, karena Gereja
mengakui bahwa keselamatan itu bersifat universal. Kebudayaan menjadi media bagi Allah kepada
manusia untuk mewujudkan cinta ilahi-Nya. Dengan demikian, Allah juga hadir dan berbicara
melalui kebudayaan. Hal ini bertolak dari pandangan bahwa di dalam kebudayaan terdapat nilainilai
yang mengatur kebaikan dan keutuhan hidup manusia. Salah satu unsur kebudayaan yang
ditampilkan dalam tulisan ini ialah ritus kusu bue.
Ritus kusu bue merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihidupi dan dipraktekan oleh
masyarakat Dona terlebih khusus suku Tipo. Ritus kusu bue menjadi suatu upacara penting berkaitan
dengan pendidikan persiapan perkawinan dan pendewasaan para gadis. Konsep dasar, makna dan
tujuan ritus kusu bue memiliki kesamaan dengan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik. Ritus
kusu bue dan manajemen pranikah dalam Gereja Katolik sama-sama bertujuan memberikan
pendidikan dan pemahaman mengenai makna sejati dari perkawinan. Ritus kusu bue dan manajemen
pranikah dalam gereja Katolik sama-sama mengajarkan kepada manusia untuk membangun hidup
rumah tangga menjadi lebih baik dengan membangun relasi harmonis di antaranya. Selain itu,
pelaksanaan ritus kusu bue dan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik juga melibatkan pihakpihak
lain. Hal ini mau menekankan bahwa usaha untuk membangun kehidupan perkawinan dan
keluarga juga merupakan tugas semua orang.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara ritus kusu bue dan Manajemen
Pranikah dalam Gereja Katolik. Pertama, perbedaan tempat. Ritus kusu bue dilaksanakan di dalam
rumah pingitan, sementara itu tempat pelaksanaan Manajemen Pranikah bisa dilaksanakan pada
tempat-tempat tertentu sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Kedua, perbedaan waktu. Waktu
pelaksanaan ritus kusu bue dibuat bersamaan dengan pesta reba yang biasanya jatuh pada bulan
Desember sampai permulaan bulan Januari. Ritus kusu bue dilaksanakan selama tujuh hari tujuh
malam dalam satu kali proses kusu bue. Sementara itu dalam melaksanakan Manajemen Pranikah
memiliki tenggang waktu yang berbeda-beda berdasarkan kebijakan setiap paroki. Ritus kusu bue
dan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik sama-sama mau menunjukkan bahwa pendidikan
persiapan pranikah merupakan momen penting untuk membantu manusia dalam membangun rumah
tangga.