Abstract :
Electropolishing merupakan proses finishing permukaan secara electrochemical untuk
mencapai surface roughness rendah. Material yang akan di-polish dihubungkan pada
anoda dalam sel elektrolisis, sedangkan logam sejenis dihubungkan pada katoda. Anoda
dan katoda bekerja di dalam cairan electrolyte (Núñez dkk, 2013). Proses electropolishing
menggunakan arus searah (direct current) dengan rapat arus tertentu dan dijaga
kestabilannya. Salah satu hasil produksi dari industri baja yang dapat dimanfaatkan pada
sebagian besar bidang adalah stainless steel 316L, salah satu diantaranya pada bidang
medis yaitu bedah ortopedi sebagai biomaterial. Biomaterial adalah material yang
mengalami kontak langsung dengan sistem biologis pada makhluk hidup, material tersebut
diharuskan memiliki beberapa persyaratan, antara lain tidak menimbulkan pengaruh buruk
pada tubuh, memiliki ketahanan terhadap korosi dan memiliki kekuatan yang baik terutama
kekuatan fatiq dan ketangguhan. stainless steel 316L nantinya akan berkontak langsung
dengan tulang dan bagian tubuh dalam lainnya sehingga harus mempunyai kekasaran
permukaan yang rendah. Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kekasaran
pada permukaan stainless steel adalah dengan metode electropolishing
Studi ini meneliti variasi parameter berupa tegangan 4,6,8 volt dan suhu larutan 40°C,
50°C dan 60°C dengan mengunakan larutan electrolyte asam H2SO4 96% dan H3PO4 85%
dengan perbandingan 1:1, telah terbukti dapat menurunkan tingkat nilai kekasaran
permukaan sesuai meningkatnya variasi parameter. Selain dilakukan pengukuran
kekasaran juga dilakukan uji SEM untuk lebih memperjelas hasil yang didapatkan. Hasil
percobaan memberikan informasi bahwa pengaruh tingginya tegangan dan suhu pada
proses electropolishing mengakibatkan penurunan nilai dari surface roughness stainless
steel 316L.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan0variasi tegangan dan suhu0didapatkan
bahwa, Semakin besar tegangan dan suhu yang diberikan pada saat pengujian
menyebabkan reaksi kimia berlangsung lebih cepat. Karena prinsip dari electropolishing
menyerupai prinsip pada elektrolisis, yaitu merubah energi listrik menjadi reaksi kimia.
Pada elektrolisis reaksi redoks tidak berlangsung secara spontan, sehingga diperlukan
energi agar terjadi reaksi kimia. Maka dari itu, semakin besar energi listrik (tegangan) yang
diberikan maka semakin banyak pula elektron yang di lepaskan, menyebabkan reaksi kimia
akan berlangsung lebih cepat. Juga tinggi nya suhu yang diberikan menyebabkan energi
kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak
molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi
menjadi lebih besar. Sehingga permukaan akan lebih cepat mengalami pengikisan. Dengan
lebih tingginya tegangan dan suhu pada proses yang diberikan maka permukaan spesimen
yang terkikis akan semakin halus dan kekasaran permukaan yang dihasilkan menjadi
rendah.